Walau Tangguh, Awas Ekonomi Indonesia Bakal 'Tersandung'

Ilustrasi. Foto: dok MI.

Walau Tangguh, Awas Ekonomi Indonesia Bakal 'Tersandung'

Mirza Andreas • 9 January 2025 12:57

Jakarta: Head Center of Macroeconomics and Finance Indef M Rizal Taufikurahman menilai perekonomian Indonesia sepanjang 2024 menunjukkan daya tahan yang mengesankan, di tengah kondisi beberapa negara maju yang terjebak resesi atau menghadapi ancaman perlambatan ekonomi.

"Dengan pertumbuhan yang stabil di kisaran lima persen, Indonesia diuntungkan oleh konsumsi domestik yang kuat, diversifikasi mitra dagang, serta ekspor komoditas seperti batu bara dan nikel," kata dia, dilansir Media Indonesia, Kamis, 9 Januari 2025.

Namun ia mengingatkan, daya tahan yang baik itu karena tertolong oleh harga komoditas global yang sedang tinggi. Menurutnya, ketergantungan pada sektor komoditas memiliki risiko laten. Jika harga global turun atau regulasi lingkungan internasional diperketat, pendapatan ekspor dapat tergerus signifikan.

Karena itu, ketergantungan pada komoditas harus segera diimbangi dengan penguatan sektor manufaktur dan ekonomi digital.

Di tengah ketidakpastian global itu, Rizal mengatakan langkah yang strategis dan reformasi struktural yang berkelanjutan akan menjadi kunci agar Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga unggul dalam kompetisi ekonomi global.

Pada triwulan I-2024, ekonomi Indonesia tercatat tumbuh 5,11 persen secara tahunan (yoy). Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,05 persen pada triwulan II-2024 dan 4,95 persen triwulan III-2024.


Ilustrasi. Foto: dok MI/Sumaryanto.

 

Baca juga: Kinerja Ekonomi Indonesia Tangguh! Ini Buktinya
 

Proyeksi pertumbuhan ekonomi


Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers APBN KiTa, di Jakarta, Senin (6/1), memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai kisaran lima persen pada 2024.

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan asumsi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 yang ditetapkan sebesar 5,2 persen.

Tingkat inflasi pada 2024 berada di level 1,57 persen (yoy), jauh lebih rendah dari asumsi APBN sebesar 2,8 persen. Namun, nilai tukar rupiah tercatat berada di level Rp15.847 per USD pada akhir tahun, tertekan oleh berbagai faktor global.

Sri Mulyani menjelaskan, ketidakpastian global, termasuk gejolak geopolitik dan pasar keuangan dunia, menjadi faktor utama perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ketegangan di Timur Tengah, perlambatan ekonomi Tiongkok, dan penurunan harga komoditas andalan Indonesia juga turut memengaruhi kinerja ekonomi nasional.

Bendahara Negara itu juga mencatat dampak dari kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat. Kebijakan yang bakal diambil Trump, seperti penetapan tarif dan pendekatan ekonomi nasionalistik, kian memperburuk tekanan ekonomi global.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)