Ilustrasi kapal perang TNI AL. Foto: Metrotvnews.com.
Rahmatul Fajri • 28 April 2025 21:17
Jakarta: Pengamat militer sekaligus Co-founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menyoroti TNI Angkatan Laut (AL) yang memiliki tunggakan pembayaran bahan bakar minyak (BBM) kepada PT Pertamina sebesar Rp3,2 triliun. Permasalahan tunggakan itu adalah isu serius yang perlu ditangani secara komprehensif.
Ia mengatakan langkah pemutihan bisa menjadi langkah darurat untuk menjaga kelangsungan operasional. Namun, solusi tersebut hanya untuk jangka pendek dan tunggakan serupa bisa berulang di kemudian hari.
"Karena itu pemutihan tidak boleh dipandang sebagai solusi jangka panjang. Yang lebih penting adalah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem penganggaran, perencanaan kebutuhan operasional, dan tata kelola penggunaan BBM," kata Khairul kepada Media Indonesia, Senin, 28 April 2025.
Khairul mempertanyakan penyebab terjadinya tunggakan BBM. Salah satunya, apakah anggaran yang selama ini dialokasikan memang tidak mencukupi kebutuhan riil ataukah ada masalah dalam efisiensi dan akuntabilitas penggunaan.
Untuk menjawab itu, perlu audit objektif dan penguatan mekanisme pengawasan internal maupun eksternal. Ia mengatakan setiap satuan kerja harus bertanggung jawab atas penggunaan BBM secara transparan dan terukur. Akuntabilitas ini menjadi kunci untuk mencegah pemborosan, penyimpangan, maupun tumpang tindih kebutuhan.
"Namun penting untuk dicatat, persoalan semacam ini mungkin tidak hanya terjadi di TNI AL. Potensi ketidaksesuaian antara kebutuhan operasional dan realisasi anggaran bisa terjadi di matra lain atau bahkan di sektor pertahanan nasional secara lebih luas," ungkap dia.
Baca juga:
Legislator NasDem Prihatin TNI AL Punya Tunggakan BBM Rp3,2 T |