Pemerintah Harap Investasi dari Vendor Apple Bertambah

Ilustrasi AirTag Apple. Foto: Medcom.id

Pemerintah Harap Investasi dari Vendor Apple Bertambah

M Ilham Ramadhan Avisena • 1 February 2025 13:57

Jakarta: Investasi dari vendor Apple dipastikan bakal bertambah besar seiring berjalannya waktu. Masuknya penanaman modal dari vendor perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu juga diyakini bakal menjadi pemikat bagi penanam modal dunia lainnya untuk berinvestasi di Indonesia. 

"Yang investasi itu bukan Apple, tapi adalah vendornya Apple. Karena itu yang mereka lakukan, baik di India, di Vietnam, di Malaysia, Indonesia, bukan Apple. Mereka sudah melakukan investasinya, mulai dengan pembelian tanah di Batam, itu sudah dilakukan," kata Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani kepada pewarta, dikutip Sabtu, 1 Februari 2025.

Diketahui, vendor Apple yang berinvestasi di Batam hanya akan memproduksi AirTag. Rosan mengatakan, komunikasi terus dilakukan pemerintah dengan Apple mengenai penanaman modal tersebut. 

Diharapkan vendor lain dari Apple juga akan ikut menanamkan modalnya di Indonesia. Sebab pemerintah menginginkan Indonesia menjadi pemain dalam rantai pasok global atas produk-produk yang dihasilkan oleh Apple. 

"Vendor yang pertama yang AirTag dan itu boleh saya sampaikan, itu adalah investasi yang akan diikuti oleh vendor-vendor lainnya," tutur Rosan.

"Karena investasi ini kan dilakukan oleh vendor-vendor. Jadi ini juga akan menimbulkan hal yang positif daripada penciptaan lapangan pekerjaannya, itu yang mencapai 2.000 orang. Kemudian yang kedua, ini akan menimbulkan hal yang positif dari segi, karena ini dipakai 65 persen untuk export oriented. Jadi ini juga untuk ekspor kita akan meningkat," tambahnya.
 

Baca juga: Indonesia Raup Investasi Rp1.714,2 Triliun di Sepanjang 2024, Lebihi Target!


(Ilustrasi Apple. Foto: Unplash)
 

Investasi vendor Apple di Batam USD1 miliar


Adapun nilai investasi dari vendor Apple di Batam diperkirakan berkisar USD1 miliar. "Apple itu adalah USD1 miliar in terms of revenue-nya mereka, yang mereka sebagai off-taker. Memang itu yang berlaku juga di negara-negara lain yang mereka berlakukan," sebut Rosan.

"Dan ini akan meningkat dari USD1 miliar ke USD2 miliar, sampai dengan USD10 miliar, nanti dalam waktu yang tidak lama. Jadi memang buat kami, kita melihatnya secara keseluruhan lah, secara komprehensif," tutur dia menambahkan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)