Danantara-INA Bisa Jadi Senjata Baru Raup Investasi Global

Jakarta: Keberadaan dua lembaga Sovereign Wealth Fund (SWF) di Indonesia, yakni Indonesia Investment Authority (INA) dan Danantara, dinilai justru memperkuat posisi Indonesia dalam percaturan investasi global.

Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menilai praktik memiliki lebih dari satu SWF bukan hal baru. Banyak negara sudah menerapkannya, seperti Singapura, Tiongkok, Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, hingga Korea Selatan.

“Singapura misalnya, membedakan tugas masing-masing SWF. GIC fokus pada return dan harus berinvestasi di luar Singapura, sementara Temasek fokus pada tugas strategis agar Singapura selalu menjadi hub penting ekonomi kawasan,” jelas Wijayanto, Senin, 1 September 2025.

Danantara dan INA bisa kolaborasi menggarap proyek yang sama

Ia menambahkan, INA dan Danantara juga bisa menjalankan peran berbeda atau bahkan berkolaborasi dalam proyek yang sama. “Tidak ada masalah. Danantara dan INA bisa kolaborasi menggarap proyek yang sama, atau berbeda sama sekali,” ujar dia.

Menurut Wijayanto, persaingan keduanya pun tetap positif. “Justru bagus, Indonesia yang akan menikmati aliran investasi terbaik,” katanya.
 

Baca: Ekonomi Indonesia Diramal Tumbuh 5% hingga BI Jaga Stabilitas Rupiah

Salah satu bentuk kolaborasi yang tengah dijajaki adalah kerja sama tiga pihak antara INA, Danantara, dan perusahaan Prancis, Eramet. Mereka berencana membentuk platform investasi strategis di sektor nikel, mulai dari operasi hulu hingga hilir.

INA dan Danantara juga telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Eramet terkait pengelolaan mineral kritis yang mendukung ekosistem kendaraan listrik dan hilirisasi nikel. Kesepakatan ini merupakan bagian dari 21 komitmen hasil pertemuan Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Istana Merdeka, Jakarta, pada 28 Mei 2025.