Ilustrasi. Foto: Freepik.
Houston: Harga minyak naik lebih dari dua persen pada Jumat, 11 Juli 2025, karena Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pasar lebih ketat daripada yang terlihat. Sementara tarif AS dan kemungkinan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia juga menjadi fokus.
Melansir dari Investing.com, Sabtu, 12 Juli 2025, minyak mentah berjangka Brent ditutup naik USD1,72 atau 2,5 persen menjadi USD70,36 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate AS naik USD1,88 atau 2,8 persen menjadi USD68,45 per barel.
Sepanjang pekan ini, Brent naik tiga persen, sementara WTI mencatat kenaikan mingguan sekitar 2,2 persen.
IEA menyatakan bahwa pasar minyak global mungkin lebih ketat daripada yang terlihat, dengan permintaan yang didukung oleh puncak operasional kilang di musim panas untuk memenuhi kebutuhan perjalanan dan pembangkit listrik.
Kontrak Brent untuk bulan September diperdagangkan dengan premi sekitar USD1,20 dibandingkan kontrak berjangka Oktober.
"Pasar mulai menyadari bahwa pasokan sedang ketat," kata analis senior di Price Futures Group Phil Flynn.
(Ilustrasi. Foto: Freepik)
Pertimbangan prospek pasar, tarif, dan sanksi
Meskipun pasar sedang ketat dalam jangka pendek, IEA meningkatkan proyeksi pertumbuhan pasokan tahun ini, sekaligus memangkas prospek pertumbuhan permintaan, yang menyiratkan pasar surplus.
"OPEC+ akan meningkatkan pasokan minyak secara cepat dan signifikan. Ada ancaman kelebihan pasokan yang signifikan. Namun, dalam jangka pendek, harga minyak tetap terdukung," ujar analis Commerzbank. OPEC+ adalah Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) beserta sekutunya, termasuk Rusia.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan Rusia akan mengkompensasi kelebihan produksi terhadap kuota OPEC+ tahun ini pada periode Agustus-September, yang semakin memperkuat prospek harga jangka pendek.
Indikasi lain dari permintaan jangka pendek yang kuat adalah prospek pengiriman sekitar 51 juta barel minyak mentah Arab Saudi ke Tiongkok pada bulan Agustus, pengiriman terbesar dalam lebih dari dua tahun.
Namun, dalam jangka panjang, OPEC memangkas proyeksi permintaan minyak global pada periode 2026-2029 karena melambatnya permintaan Tiongkok dalam Prospek Minyak Dunia 2025 yang diterbitkan pada hari Kamis.
Kementerian Energi Arab Saudi mengatakan pada hari Jumat bahwa kerajaan tersebut telah sepenuhnya mematuhi target produksi sukarela OPEC+.
Pada hari Kamis, kedua kontrak berjangka acuan turun lebih dari dua persen karena investor khawatir tentang dampak tarif Presiden AS Donald Trump terhadap pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak.
Trump mengatakan kepada NBC News pada hari Kamis bahwa ia akan membuat "pernyataan besar" tentang Rusia pada hari Senin, tanpa merinci lebih lanjut.
Trump telah menyatakan frustrasinya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin karena kurangnya kemajuan dalam mengakhiri perang di Ukraina dan meningkatnya pemboman Rusia terhadap kota-kota Ukraina.
Komisi Eropa akan mengusulkan batas harga minyak Rusia yang mengambang minggu ini sebagai bagian dari rancangan paket sanksi baru, tetapi Rusia mengatakan memiliki "pengalaman yang baik" dalam menangani dan meminimalkan tantangan tersebut.