Serba-Serbi Bintang Darjah Kerabat Laila Utama, Penghargaan Brunei untuk Presiden Prabowo

Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menerima penghargaan Bintang Kebesaran Negara Brunei Darussalam. Dok Setpres

Serba-Serbi Bintang Darjah Kerabat Laila Utama, Penghargaan Brunei untuk Presiden Prabowo

Riza Aslam Khaeron • 14 May 2025 19:35

Jakarta: Pada Rabu, 14 Mei 2025, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto melakukan kunjungan kenegaraan ke Brunei Darussalam dan disambut hangat oleh Yang Maha Mulia Sultan Haji Hassanal Bolkiah di Istana Nurul Iman.

Dalam kunjungan tersebut, Presiden Prabowo dianugerahi Darjah Kerabat Laila Utama Yang Amat Dihormati, salah satu penghargaan tertinggi dari Kesultanan Brunei. Dengan penghargaan tersebut, Prabowo kini berhak menyandang gelar kehormatan “Dato Laila Utama.”

Penganugerahan ini bukan hanya simbol penghormatan pribadi, tetapi juga mencerminkan eratnya hubungan bilateral antara Indonesia dan Brunei Darussalam. Untuk memahami nilai dan makna di balik gelar tersebut, penting untuk menelusuri asal-usul serta konteks sosial dan diplomatik dari gelar Darjah Kerabat Laila Utama dalam sistem penghargaan Brunei. Berikut penjelasan lebih lanjut.
 

Asal-Usul Bintang Darjah Kerabat Laila Utama


Gambar: Bintang Darjah Kerabat Laila Utama Yang Amat Dihormati. (Medals.org.uk)

Dato Laila Utama adalah gelar kehormatan tinggi yang berasal dari Brunei Darussalam. Gelar ini diberikan kepada penerima Darjah Kerabat Laila Utama Yang Amat Dihormati (DK), suatu tanda kehormatan tertinggi yang dianugerahkan oleh Sultan Brunei.

Bintang kehormatan Darjah Kerabat Laila Utama pertama kali diperkenalkan pada 1 Maret 1954 oleh Sultan Brunei ke-28, Sultan Omar Ali Saifuddien III.

Bintang kebesaran memiliki desain bersudut delapan dengan medali bulat di tengahnya. Sebelum tahun 1975, medali tengah menampilkan lukisan dada Sultan Omar Ali Saifuddien III yang dikelilingi oleh cincin enamel merah. Setelah tahun tersebut, desainnya diubah menjadi simbol bintang dan bulan sabit.

Kalung bintang kehormatan terbuat dari emas atau perak dengan detail enamel, terdiri dari serangkaian medali kecil yang dihubungkan oleh rantai. Setiap medali menampilkan simbol-simbol kerajaan Brunei, seperti bulan sabit dan bintang, yang melambangkan Islam dan kedaulatan monarki. Kalung ini dikenakan di leher dan melingkari dada penerima.

Sejak saat dibuatnya bintang kehormatan ini, setiap penerima bintang kehormatan tersebut berhak menyandang gelar kebesaran “Dato Laila Utama” di depan namanya. Gelar ini merupakan bagian dari tradisi sistem penghargaan kenegaraan Brunei yang dikenal sebagai Bintang-Bintang Kebesaran, setara dengan ordo atau tanda jasa di negara lain.

Secara etimologis, kata “Dato” (atau Datuk) dalam budaya Melayu merujuk pada gelar bangsawan atau kehormatan tinggi yang dianugerahkan oleh raja atau sultan. Sementara itu, frasa “Laila Utama” adalah nama khusus yang diberikan dalam ordo kehormatan ini.

Utama dalam Bahasa Melayu berarti terpenting atau terunggul, menandakan statusnya yang utama. Meskipun demikian, istilah “Laila” dalam konteks ini lebih merupakan nama khas ordo tersebut dan tidak digunakan sebagai kata berdiri sendiri dalam bahasa sehari-hari.

Nama Darjah Kerabat Laila Utama secara harfiah dapat diartikan sebagai “Ordo Kerabat Laila Utama Yang Amat Dihormati”, menunjukkan bahwa ini adalah tanda kehormatan keluarga istana yang sangat dihormati. Istilah Kerabat menandakan ikatan kekerabatan atau hubungan istimewa dengan keluarga kerajaan Brunei.

Hal ini mencerminkan asal-usul ordo tersebut sebagai penghargaan yang pada mulanya diperuntukkan bagi anggota keluarga kerajaan atau sosok yang dianggap sepergaulan keluarga oleh Sultan.

Baca Juga:
Presiden Prabowo Terima Penghargaan Bintang Kebesaran dari Brunei

 

Nilai Sosial Gelar Dato Laila Utama

Gelar Dato Laila Utama memiliki nilai sosial dan simbolis yang sangat tinggi dalam masyarakat Brunei. Sebagai gelar yang melekat pada tanda kehormatan tertinggi negara, pemegang gelar ini menempati status elit dalam hirarki sosial.

Penerima Darjah Kerabat Laila Utama dianggap memperoleh pengakuan langsung dari Sultan atas jasa dan hubungan istimewanya. Sultan Hassanal Bolkiah sendiri menyebut Darjah Kerabat Laila Utama sebagai “penghargaan tertinggi dari Kesultanan Brunei Darussalam”.

Oleh sebab itu, penyematan gelar Dato Laila Utama melambangkan penghormatan dan kepercayaan yang luar biasa dari kerajaan.

Secara simbolis, gelar ini mengukuhkan status penerimanya sebagai sosok yang berjasa besar atau memiliki kedudukan mulia. Penerima gelar Dato Laila Utama dari kalangan rakyat Brunei akan disejajarkan dengan para bangsawan terhormat dan tokoh penting kerajaan.

Mereka berhak dipanggil dengan protokol kehormatan tertentu – misalnya dalam acara resmi, nama mereka akan didahului gelar Yang Berhormat atau sebutan terhormat lain sesuai adat istiadat.

Dalam konteks budaya Melayu yang menjunjung tinggi tatanan feodal dan sopan santun, memiliki gelar seperti ini tidak hanya prestise pribadi tetapi juga tanggung jawab untuk menjadi teladan.

Gelar Dato Laila Utama sering kali disandang berdampingan dengan gelar-gelar lain (jika penerimanya memiliki penghargaan berbeda), menunjukkan tingginya status penerima di mata beberapa negara.

Contohnya, tokoh Malaysia Tun Pehin Sri Dr. Haji Abdul Taib Mahmud (mantan Yang di-Pertua Negeri Sarawak) secara penuh disebut Tun Dato Laila Utama Pehin Sri Dr. Haji Abdul Taib Mahmud, menggabungkan gelar kehormatannya dari Malaysia, Sarawak, dan Brunei. Penyematan multi-gelar semacam itu mencerminkan pengakuan lintas negara atas kedudukan terhormat seorang tokoh.

?Secara tradisional, Darjah Kerabat berarti ordo khusus untuk keluarga kerajaan. Sultan Brunei kerap menganugerahkan Darjah Kerabat Laila Utama kepada raja atau ratu negara sahabat sebagai lambang persahabatan istimewa.

Misalnya, Lee Kuan Yew, tokoh pendiri Singapura, pernah dianugerahi Darjah Kerabat Laila Utama yang memberinya hak menyandang gelar Dato Laila Utama. Presiden-presiden RI sebelumnya juga seperti Joko Widodo, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Soeharto pernah dianugerahi bintang kehormatan ini.

Secara lebih luas di kawasan Asia Tenggara, pemberian gelar kehormatan antar negara seperti ini adalah bagian dari diplomasi budaya yang umum dilakukan. Brunei, Malaysia, dan negara-negara bersultan/beraja lainnya kerap saling menganugerahkan bintang jasa tertinggi kepada pemimpin negara sahabat.

Penganugerahan bintang Darjah Kerabat Laila Utama kepada Presiden Prabowo Subianto menjadi pengingat bahwa gelar kehormatan semacam ini memuat makna lebih dari sekadar simbol seremonial. Ia mencerminkan kedekatan diplomatik, pengakuan atas jasa, serta posisi istimewa seorang tokoh dalam hubungan antarnegara.

Dalam konteks Brunei, gelar ini menegaskan pentingnya sistem penghormatan sebagai bagian dari identitas nasional dan budaya politik kerajaan.

Dengan memahami akar sejarah dan nilai sosial dari gelar ini, kita dapat melihat bahwa pemberian gelar kepada pemimpin Indonesia juga memperkuat jalinan persahabatan dan saling menghormati antara dua bangsa serumpun.

Bintang kehormatan ini bukan sekadar kehormatan personal, melainkan juga simbol penguatan diplomasi dan budaya antara Indonesia dan Brunei Darussalam.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)