Bank Neo Commerce Catat Laba Rp517 Miliar, Ini Strateginya

Direktur Utama Bank Neo Commerce, Eri Budiono. Foto: MTVN/Muhammad Adyatma Damardjati.

Bank Neo Commerce Catat Laba Rp517 Miliar, Ini Strateginya

Ade Hapsari Lestarini • 16 December 2025 21:43

Jakarta: Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) membukukan laba sebesar Rp517,20 miliar hingga Oktober 2025, menandai capaian profitabilitas tahunan pertama sejak bertransformasi menjadi bank digital. Capaian tersebut diraih di tengah strategi pengetatan kredit yang membuat total penyaluran pinjaman justru menyusut sepanjang tahun ini.

Direktur Utama Bank Neo Commerce, Eri Budiono menjelaskan perolehan laba menjadi tonggak penting setelah perseroan melakukan pembenahan menyeluruh, khususnya pada manajemen risiko dan tata kelola. Menurut dia, fase konsolidasi yang dijalani bank sejak 2024 bertujuan memperkuat fondasi sebelum kembali mendorong pertumbuhan.

"Selama setahun terakhir kami sangat fokus pada pembenahan risk management dan tata kelola. Hasilnya, profitabilitas bisa tercapai dan ini menjadi fondasi untuk tumbuh ke depan," ujar Eri dalam Public Expose Tahunan BBYB, Selasa, 16 Desember 2025.

Namun, capaian laba tersebut tidak terlepas dari perubahan strategi bisnis. Head of Corporate Planning & Investor Relations Bank Neo Commerce, Christyani Angganingrum, memaparkan sepanjang 2025 bank secara sadar menurunkan eksposur kredit, khususnya pada segmen dengan imbal hasil tinggi, namun berisiko lebih besar. Total kredit tercatat turun sekitar 14,16 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dari Rp8,62 triliun menjadi Rp7,4 triliun.


 

 

Penurunan beban pencadangan


Penurunan kredit ini berdampak pada pendapatan bunga yang menyusut. Total pendapatan hingga Oktober 2025 tercatat sekitar Rp2,3 triliun, turun sekitar 13 persen secara tahunan. Meski demikian, pengetatan kredit tersebut berkontribusi pada penurunan beban pencadangan kerugian penurunan nilai (provision) hingga lebih dari 40 persen, sehingga menopang lonjakan laba.

“Fokus kami tahun ini adalah kualitas, bukan sekadar pertumbuhan. Penurunan loan provision dan perbaikan kualitas aset menjadi faktor utama yang mendorong profitabilitas,” kata Christyani.

Sementara dari sisi rasio keuangan, kualitas aset BBYB menunjukkan perbaikan. Rasio kredit bermasalah (NPL) gross turun menjadi 2,89 persen, dari sebelumnya 3,74 persen pada 2023. Sementara itu, rasio coverage NPL berada di atas 200 persen, mencerminkan tingkat kehati-hatian bank dalam mengantisipasi risiko kredit.

Meski berhasil mencatat laba, manajemen mengakui kinerja tersebut belum sepenuhnya mencerminkan fase ekspansi. Penurunan kredit, terutama di segmen korporasi, membuat pertumbuhan aset relatif tertahan. Namun, langkah tersebut dinilai perlu untuk memastikan keberlanjutan kinerja ke depan.

"Profitabilitas ini bukan akhir, tapi awal. Setelah konsolidasi, fokus kami selanjutnya adalah menjaga kualitas sembari kembali mendorong pertumbuhan yang lebih sehat," ujar Eri.

Ke depan, Bank Neo Commerce menargetkan pertumbuhan kredit kembali bergerak positif dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian. Segmen ritel dan pembiayaan digital konsumen akan menjadi motor utama, seiring dengan upaya menjaga stabilitas laba yang tidak hanya bergantung pada penurunan biaya sementara. (Muhammad Adyatma Damardjati)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Ade Hapsari Lestarini)