Kamboja Desak Thailand Pulangkan 20 Prajurit yang Ditangkap usai Gencatan Senjata

Pasukan Thailand melakukan pemeriksaan di perbatasan dengan Kamboja. Foto: The Bangkok Post

Kamboja Desak Thailand Pulangkan 20 Prajurit yang Ditangkap usai Gencatan Senjata

Fajar Nugraha • 31 July 2025 16:03

Phnom Penh: Kamboja menyerukan kepada Thailand untuk segera memulangkan 20 tentara yang diklaim ditangkap dalam insiden setelah gencatan senjata antara kedua negara mulai berlaku awal pekan ini. Seruan itu disampaikan pada Kamis, 31 Juli 2025, dua hari setelah perjanjian gencatan senjata disepakati guna mengakhiri lima hari bentrokan paling mematikan di perbatasan kedua negara dalam beberapa dekade terakhir.

“Kami akan terus berupaya semaksimal mungkin bernegosiasi agar seluruh prajurit kami bisa kembali dengan selamat secepatnya,” ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, dalam konferensi pers dan dikutip Channel News Asia, Kamis, 31 Juli 2025.

Ia menyebutkan bahwa 20 prajurit itu ditangkap sekitar pukul 07.50 pagi waktu setempat pada Selasa, atau sekitar delapan jam setelah gencatan senjata resmi berlaku sejak tengah malam.

Pemerintah Thailand sebelumnya menyatakan bahwa para tentara yang ditahan akan diperlakukan sesuai dengan hukum humaniter internasional dan aturan militer. Namun, pemulangan baru akan dilakukan ketika situasi di perbatasan dinilai telah stabil sepenuhnya.

Sementara itu, Bangkok melaporkan tidak ada pelanggaran kekerasan sepanjang malam hingga pukul 07.00 pagi Rabu, meskipun kedua pihak sempat saling menuduh melanggar gencatan senjata pada hari sebelumnya.

Komisioner Tinggi HAM PBB Volker Turk menyerukan kedua negara agar menghormati sepenuhnya kesepakatan gencatan senjata dan membangun kepercayaan secara cepat demi menciptakan perdamaian jangka panjang.

“Kesepakatan penting ini harus dihormati sepenuhnya dengan itikad baik oleh kedua pihak, sembari diplomasi terus berjalan untuk menyelesaikan akar konflik,” tegas Turk.

Kesepakatan gencatan senjata dicapai dalam pertemuan di Malaysia dengan latar belakang tekanan diplomatik dari Presiden AS Donald Trump. Washington diketahui tengah menimbang pengenaan tarif perdagangan hingga 36 persen terhadap kedua negara. Baik Thailand maupun Kamboja sedang berupaya menjalin kesepakatan dagang dengan AS untuk menghindari dampak tarif tersebut, sehingga memberikan insentif kuat bagi keduanya untuk menghentikan konflik.

Selama lima hari bentrokan bersenjata yang melibatkan jet tempur, roket, dan artileri berat di kawasan perbatasan, sedikitnya 43 orang dilaporkan tewas. Thailand melaporkan korban jiwa sebanyak 30 orang, terdiri dari 15 tentara dan 15 warga sipil. Sementara Kamboja menyatakan delapan warga sipil dan lima tentara turut meninggal dunia.

Konflik ini juga menyebabkan sekitar 300.000 orang mengungsi dari rumah mereka, terutama di kawasan pertanian dan hutan di sekitar wilayah perbatasan yang diperebutkan. Bentrokan kali ini menjadi yang paling mematikan sejak eskalasi pada periode 2008–2011 yang menewaskan total 28 orang.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)