Pusat gempa di Sumenep, Jawa Timur, Selasa, 30 September 2025.
Whisnu Mardiansyah • 1 October 2025 09:57
Sumenep: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat terjadi empat kali gempa susulan dari gempa bumi magnitudo 6,5 yang mengguncang Sumenep, Jawa Timur. Gempa utama terjadi pada Selasa, 30 September 2025, pukul 23.49 WIB.
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyatakan gempa susulan terjadi hingga pukul 00.29 WIB pada Rabu pagi. Magnitudo terbesar dari gempa susulan tersebut mencapai 4,4.
"Gempa susulan sebanyak empat kali ini terjadi hingga pukul 00.29 WIB, Rabu pagi, dari kejadian awal pada pukul 23.49 WIB pada Selasa malam, dengan magnitudo terbesar 4,4," kata Daryono seperti dilansir Antara, Rabu, 1 Oktober 2025.
Pusat gempa berada di koordinat 7,25 Lintang Selatan dan 114,22 Bujur Timur. Episenter gempa terletak di laut sejauh 50 kilometer di tenggara Sumenep dan Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep, pada kedalaman 11 kilometer.
Baca: Gempa Sumenep Dirasakan di Bali hingga Lombok |
Menurut Daryono, jenis gempa bumi yang terjadi di Sumenep merupakan gempa tektonik. Gempa dangkal ini disebabkan oleh adanya aktivitas sesar aktif di bawah laut.Gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di berbagai daerah dengan skala intensitas berbeda. Di daerah Pulau Sapudi tercatat skala V-VI MMI, sementara di Sumenep, Pamekasan, dan Surabaya skala III-IV MMI.
Getaran gempa juga dirasakan di Tuban, Denpasar, dan Gianyar dengan skala intensitas III MMI. Daerah Tabanan, Buleleng, Kuta, dan Banyuwangi merasakan getaran dengan skala II-III MMI. Daerah lain yang turut merasakan getaran gempa adalah Lombok Utara, Kota Mataram, Lombok Tengah, Malang, dan Blitar. Skala intensitas di daerah-daerah ini tercatat sebesar II MMI.
Berdasarkan hasil pemodelan, BMKG memastikan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. BMKG mengimbau warga terdampak untuk menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa. Langkah ini penting untuk mengantisipasi risiko bahaya yang mungkin timbul.
"Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi," tegas Daryono