Kebakaran hutan melanda wilayah Latakia di Suriah. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 7 July 2025 14:06
Damaskus: Suriah masih berjuang memadamkan kebakaran hutan dahsyat yang telah melanda wilayah pesisir Latakia selama empat hari berturut-turut. Pemerintah Suriah menyebut lebih dari 100 kilometer persegi hutan telah menjadi abu, dalam salah satu bencana lingkungan terbesar di negara tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Kebakaran meluas dengan cepat akibat suhu tinggi, angin kencang, dan kondisi geografis yang sulit dijangkau. Keadaan diperparah oleh keberadaan sisa-sisa ranjau dan bahan peledak dari perang yang masih tersebar di area tersebut.
Seorang koresponden AFP di wilayah Rabiaa melaporkan pemandangan memprihatinkan: kobaran api mendekati permukiman warga, pohon zaitun dan hutan habis terbakar, sementara asap tebal menutupi langit sejauh mata memandang.
Pada Minggu, 6 Juli 2025, tim pemadam kebakaran dari Yordania melintasi perbatasan ke Suriah untuk memberikan bantuan. Sebelumnya, Turki juga telah mengirimkan dukungan berupa personel dan peralatan. Menteri Penanggulangan Bencana Suriah, Raed al-Saleh, menyatakan lebih dari 80 tim, termasuk personel pertahanan sipil dan relawan lokal, dikerahkan untuk memadamkan api yang telah melahap sekitar 10.000 hektare lahan di 28 lokasi.
"Ratusan ribu pohon hutan telah hangus terbakar. Ini adalah bencana lingkungan yang nyata," ujar al-Saleh dalam konferensi pers di Latakia.
Dikutip dari Korea Herald, Senin, 7 Juli 2025, Kementerian Pertahanan Suriah juga mengerahkan helikopter militer untuk menyiram api dari udara. Sementara itu, Yordania menyatakan timnya telah diperlengkapi dengan peralatan modern dan siap menjalankan misi seefektif mungkin.
Beberapa desa di dekat perbatasan Turki telah dievakuasi karena api mengancam permukiman dan lahan pertanian.
Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Najat Rochdi, melalui pernyataan di platform X menyampaikan bahwa Damaskus membutuhkan bantuan internasional lebih luas. PBB melalui tim kemanusiaannya telah mulai melakukan penilaian lapangan untuk mengidentifikasi dampak serta kebutuhan darurat akibat bencana ini.
Adam Abdelmoula, Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Suriah, menegaskan bahwa evaluasi cepat tengah berlangsung di lokasi terdampak untuk menyusun respons awal.
Suriah, yang masih terguncang akibat konflik berkepanjangan selama lebih dari satu dekade, menghadapi tantangan berat dalam mengelola bencana ini. Infrastruktur rusak, ekonomi lumpuh, dan layanan publik terbatas, membuat respons terhadap bencana alam semakin sulit.
Selain dampak konflik, para ahli juga menyoroti peran perubahan iklim. Suhu ekstrem, musim kering berkepanjangan, dan curah hujan yang sangat rendah telah meningkatkan risiko kebakaran hutan secara signifikan.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), kondisi iklim di Suriah saat ini merupakan yang terburuk dalam 60 tahun terakhir. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Kebakaran Hutan di Suriah Tewaskan 3 Orang