Ilustrasi. Foto: Freepik.
Husen Miftahudin • 11 October 2025 21:54
Jakarta: Harga bitcoin mengalami tekanan tajam setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana kenaikan tarif besar terhadap produk Tiongkok. Pengumuman ini memicu gelombang risiko global yang memukul pasar ekuitas, komoditas, dan aset kripto. Bitcoin sempat merosot hingga USD105 ribu dalam satu jam, sebelum kembali di atas USD111 ribu.
Penurunan ini bersamaan dengan ancaman baru dari Gedung Putih, di mana Trump menyatakan Amerika Serikat akan menaikkan tarif impor dari Tiongkok menjadi 100 persen serta memberlakukan pembatasan ekspor pada perangkat lunak penting. Tiongkok merespons dengan mengenakan biaya baru untuk kapal terkait AS mulai 14 Oktober, meniru langkah AS, yang berpotensi mengganggu rantai pasok dan jalur pengiriman global.
Data dari CoinGlass menunjukkan dalam waktu kurang dari satu jam, lebih dari USD8 miliar posisi long terlikuidasi, termasuk bitcoin senilai USD1,83 miliar dan ethereum USD1,68 miliar. Selama 24 jam terakhir, total posisi yang dilikuidasi mencapai lebih dari USD9 miliar dan melibatkan sekitar 1,4 juta investor, dengan transaksi terbesar mencapai USD87,53 juta di pasangan BTC/USDT.
Kapitalisasi pasar kripto menyusut sekitar 13 persen menjadi USD3,78 triliun, dengan volume perdagangan 24 jam mencapai USD333,8 miliar, tertinggi sejak Agustus.
Vice President Indodac Antony Kusuma mengatakan koreksi bitcoin menunjukkan bagaimana aset digital bereaksi terhadap ketegangan geopolitik dan sentimen risiko global. Menurut dia, bitcoin sering disebut sebagai lindung nilai terhadap ketidakstabilan moneter, tetapi dalam kondisi ekstrem, ia bergerak layaknya aset berisiko tinggi.
"Pasar global yang terguncang, likuiditas tipis, dan aksi jual berantai pada posisi leverage memicu penurunan cepat yang kemudian diikuti aksi beli algoritmik," jelas Antony dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu, 11 Oktober 2025.
Baca juga: Trump Getok Tarif 100% Impor Tiongkok Mulai 1 November, AS-Tiongkok 'Berantem' Lagi! |