Ilustrasi dugong. Foto: MI/Sheyka Nugrahani Fadela
Daviq Umar Al Faruq • 18 September 2025 13:44
Malang: Hamparan lamun atau seagrass yang tumbuh di pesisir Malang Selatan, Jawa Timur, di bawah 30 persen. Kondisi tersebut membuat ekosistem laut terancam, terutama bagi spesies dugong yang bergantung penuh pada lamun.
Peneliti Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB), Citra Satrya Utama Dewi, menjelaskan temuan ini diperoleh melalui program Seagrass Watch dengan metode Line Intercept Transect (LIT). Cara kerjanya, peneliti menarik rol meter tegak lurus dari bibir pantai ke arah laut, lalu setiap 10 meter diletakkan transek kuadrat untuk menghitung persentase tutupan lamun.
"Meskipun kurang dari 30 persen, namun lamun di Malang Selatan masih mampu menyimpan karbon di alam. Jika kerusakannya karena faktor alamiah, potensi pulihnya masih sangat mungkin. Tetapi jika rusak akibat pembangunan, situasinya akan berbeda,” kata Citra, Kamis 18 September 2025.
Menurut Citra, keberadaan lamun sering dipandang sebelah mata karena jarang dimanfaatkan secara ekonomis. Padahal, lamun menyimpan peran vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut.
“Sayangnya, dari temuan kami, lamun mulai hilang karena reklamasi dan pembangunan,” tutur Citra.
Kondisi ini mengkhawatirkan, karena lamun adalah sumber pangan utama dugong. Hewan laut langka itu membutuhkan konsumsi sekitar 30 kilogram lamun setiap harinya. Hilangnya padang lamun bisa berdampak langsung pada keberlangsungan hidup dugong di perairan Jawa Timur.
Lamun Bisa Menyimpan Karbon Biru dan jadi Penyaring Alami
Citra menegaskan, lamun berbeda dengan rumput laut (
seaweed). Lamun merupakan satu-satunya produsen primer di laut dangkal yang mampu menyimpan karbon biru (
blue carbon). Bagian bawahnya berupa rimpang dan akar menyimpan cadangan karbon besar di dalam sedimen laut.
Selain itu, lamun juga berfungsi sebagai penyaring alami lumpur dan partikel halus. Peran ini penting untuk menjaga kejernihan air yang mengalir ke terumbu karang. Tanpa lamun, pertumbuhan alga bisa lepas kendali hingga menutup permukaan karang dan merusak ekosistemnya.
Dalam riset yang dipaparkan, tim UB memantau ekosistem lamun di lima pantai Malang Selatan, yakni Balekambang, Kondang Merak, Gatra, Waru-waru, dan Sendang Biru. Di lokasi tersebut, ditemukan lima jenis lamun: Halodule pinifolia, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isotifolium, dan Thalassia hemprichii.
Riset ini melanjutkan kajian sebelumnya pada 2023 di Lamongan dan Pulau Tabuhan, Banyuwangi. Studi tersebut memetakan jenis, sebaran, biomassa, dan stok karbon lamun sebagai dasar pemetaan potensi karbon biru pesisir utara Jawa Timur.
Citra mendorong keterlibatan pemerintah, akademisi, hingga masyarakat dalam menjaga keberlangsungan lamun. Perlindungan dan restorasi ekosistem lamun dinilai penting tidak hanya untuk konservasi laut, tapi juga mendukung pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan ke-13 (Penanganan Perubahan Iklim), ke-14 (Ekosistem Lautan), dan ke-17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).
“Lamun harus lebih diperhatikan melalui kebijakan perlindungan dan restorasi. Jika dibiarkan hilang, kita bukan hanya kehilangan benteng karbon biru, tapi juga merusak rantai ekosistem laut,” tegas Citra.