Melampaui Zaman, Borobudur Mahakarya Arsitektur Simbol Keagungan Peradaban Nusantara

InJourney Bidik Puluhan Ribu Wisatawan Kunjungi Candi Borobudur saat Libur Waisak Candi Borobudur. Foto: Medcom.id

Melampaui Zaman, Borobudur Mahakarya Arsitektur Simbol Keagungan Peradaban Nusantara

Whisnu Mardiansyah • 2 October 2025 10:50

Candi Borobudur berdiri megah bagai raksasa yang terbangun dari tidur panjangnya. Monumen Buddha terbesar di dunia ini sempat tersembunyi selama berabad-abad di balik semak belukar dan lapisan abu vulkanik, sebelum akhirnya ditemukan kembali dan dikembalikan ke kejayaannya. Perjalanan panjang Borobudur dari masa keemasan hingga keterpurukan, lalu kebangkitannya kembali, merupakan cerita tentang ketangguhan warisan budaya yang tak ternilai harganya.

Misteri Pembangunan Borobudur

Borobudur diperkirakan dibangun pada masa kejayaan Wangsa Syailendra antara tahun 750 hingga 850 Masehi. Pembangunan candi ini menjadi bukti kecanggihan teknologi dan seni masyarakat Jawa kuno yang telah menguasai teknik arsitektur yang rumit. Tidak terdapat catatan tertulis yang menyebutkan secara pasti kapan dan oleh siapa candi ini dibangun, menambah aura misteri yang menyelimutinya.

Para arkeolog memperkirakan pembangunan Borobudur membutuhkan waktu lebih dari 75 tahun dan melibatkan sekitar dua juta balok batu andesit. Batu-batu ini disusun tanpa menggunakan perekat sama sekali, hanya mengandalkan teknik interlock yang presisi. Setiap batu dipahat dan disusun sedemikian rupa sehingga saling mengunci dengan sempurna.

Borobudur bukan sekadar bangunan biasa, melainkan representasi alam semesta dalam konsep Buddhisme. Strukturnya yang terdiri dari sembilan teras mencerminkan perjalanan spiritual Sang Buddha. Enam teras bawah berbentuk persegi melambangkan dunia nyata, sementara tiga teras atas yang bundar melambangkan dunia spiritual.

Baca Juga : Peserta Marathon Kenakan Berbagai Kostum Unik di Friendship Run Borobudur 2025

Seluruh dinding dan pagung candi dipenuhi 2.672 panel relief yang membentang sepanjang enam kilometer. Relief-relief ini tidak hanya bercerita tentang kehidupan Buddha dan ajaran-ajarannya, tetapi juga menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa abad ke-8. Mulai dari aktivitas bertani, berdagang, hingga adat istiadat kerajaan terekam dengan detail mengagumkan.

Selain relief, terdapat 504 arca Buddha yang duduk bersila dalam posisi meditasi di dalam stupa berlubang dan relung-relung candi. Arca-arca ini menunjukkan mudra atau sikap tangan yang berbeda-beda, masing-masing memiliki makna filosofis tertentu dalam ajaran Buddha.

Setelah ditinggalkan pada abad ke-10, Borobudur perlahan-lahan tertutup vegetasi dan abu vulkanik. Selama berabad-abad, candi ini nyaris terlupakan, hanya menjadi cerita rakyat tentang gunung penuh arca yang tersembunyi. Kondisi ini justru melindungi candi dari kerusakan yang lebih parah.


40 Biksu Thudong Berdoa di Puncak Candi Borobudur Para Biksu Thudong berdoa di puncak Candi Borobudur. Foto: Medcom/Kautsar.

Era Restorasi Modern

Pada tahun 1814, di bawah pemerintahan Thomas Stamford Raffles, Borobudur mulai dibersihkan dan diperkenalkan kembali kepada dunia. Raffles, yang tertarik dengan sejarah dan budaya Jawa, mengirim tim untuk membuka situs ini dari semak belukar yang menutupinya. Proses pembersihan awal ini membuka jalan bagi restorasi yang lebih komprehensif di masa depan.

Pada awal abad ke-20, Pemerintah Hindia Belanda melakukan pemugaran besar pertama di bawah pimpinan Theodoor van Erp. Pemugaran ini berfokus pada penguatan struktur dan pembersihan relief. Van Erp menggunakan teknik anastilosis, yaitu membongkar dan menyusun kembali batu-batu asli ke posisi semula.

Namun tantangan terbesar datang pada abad ke-20 ketika Borobudur menghadapi masalah struktural yang serius. Candi mulai miring dan terancam runtuh akibat erosi tanah dan sistem drainase yang tidak memadai. Pada tahun 1973, pemerintah Indonesia meluncurkan proyek restorasi terbesar sepanjang sejarah Borobudur.

Proyek yang didukung UNESCO ini memakan waktu delapan tahun dan dana 25 juta USD. Seluruh candi dibongkar bagian demi bagian, dengan setiap batu diberi nomor dan dicatat posisinya. Sistem drainase modern dipasang, fondasi diperkuat, dan batu-batu yang rusak diganti dengan yang baru. Proses rumit ini melibatkan ahli dari berbagai negara dan menjadi salah satu proyek konservasi terbesar di dunia.

Pada tahun 1991, Borobudur resmi ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Pengakuan ini tidak hanya menjadi kebanggaan nasional, tetapi juga membawa tanggung jawab internasional untuk melestarikan situs tersebut. Setiap tahun, Borobudur dikunjungi oleh jutaan wisatawan domestik dan mancanegara.

Namun, popularitas Borobudur juga membawa tantangan baru. Tekanan wisata yang masif, polusi udara, dan dampak perubahan iklim mengancam kelestarian candi. Abu vulkanik dari letusan Gunung Merapi secara berkala menutupi dan merusak batu-batu candi. Untuk mengatasi ini, Balai Konservasi Borobudur terus mengembangkan metode perlindungan yang inovatif.

Tantangan di Era Modern

Teknologi digital kini menjadi senjata ampuh dalam upaya konservasi Borobudur. Melalui pemindaian 3D dan fotogrametri, setiap inci candi didokumentasikan secara digital. Data ini tidak hanya untuk kepentingan dokumentasi, tetapi juga memantau perubahan sekecil apapun pada struktur candi.

Sistem manajemen pengunjung yang ketat diterapkan untuk mengurangi dampak negatif pariwisata. Pengunjung diwajibkan menggunakan sandal khusus, jumlah pengunjung dibatasi, dan jalur kunjungan diatur sedemikian rupa untuk meminimalisasi kerusakan. Masyarakat lokal juga dilibatkan secara aktif dalam upaya pelestarian, sekaligus menikmati manfaat ekonomi dari pariwisata yang berkelanjutan.

Borobudur kini tidak hanya menjadi simbol kejayaan masa lalu, tetapi juga bukti komitmen manusia untuk melestarikan warisan budayanya. Setiap upaya konservasi yang dilakukan adalah investasi untuk generasi mendatang, memastikan bahwa keagungan Borobudur tetap dapat dinikmati oleh anak cucu.

Sebagai mahakarya yang menyatukan seni, spiritualitas, dan teknologi, Borobudur terus menginspirasi dunia. Candi ini mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai warisan budaya, serta tanggung jawab kolektif untuk menjaganya. Dalam setiap batu dan reliefnya, tersimpan cerita tentang peradaban manusia yang pantas untuk dilestarikan selamanya.

Borobudur bukan hanya milik Indonesia, tetapi milik seluruh umat manusia. Melestarikan Borobudur berarti melestarikan sebagian dari sejarah peradaban dunia, menjaga api kebudayaan yang telah menyala selama lebih dari seribu tahun, dan mewariskan keindahan abadi untuk generasi yang akan datang.

*Pengerjaan artikel berita ini melibatkan peran kecerdasan buatan (artificial intelligence) dengan kontrol penuh tim redaksi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Whisnu M)