Kecerdasan Buatan Bantu Perusahaan Tingkatkan Efisiensi Logistik

COO forwarder.ai Ferna Arga Wijaya (kiri) dan CEO forwarder.ai Stephanus Sugiharto. Foto: Istimewa.

Kecerdasan Buatan Bantu Perusahaan Tingkatkan Efisiensi Logistik

Husen Miftahudin • 7 May 2025 18:24

Jakarta: Pemanfaatan teknologi digital hingga kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam kegiatan logistik dapat membantu meningkatkan efisiensi dan memangkas biaya logistik. Dengan demikian, pemanfaatan teknologi terbaru ini mutlak diperlukan.
 
Hal ini yang ditawarkan oleh forwarder.ai dalam mengembangkan dua produk digital terbarunya, yakni Software as a service (SaaS)-Forwarder Scalable Intelligence System (Forsis) dan Forwarder Data Exchange (Fordex) berbasis API (Application Programming Interface). Kedua produk yang saling melengkapi ini menjadi andalan terbaru dalam memangkas biaya logistik.
 
Chief Operations Officer forwarder.ai Ferna Arga Wijaya menjelaskan keberadaan produknya demi menjawab tiga masalah utama dalam aktivitas logistik, yakni visibilitas, proses manual, serta aktivitas pelanggan yang terfragmentasi.
 
Menurutnya, salah satu permasalahan kemacetan di pelabuhan misalnya, dapat terselesaikan melalui visibilitas digital, sehingga dapat diketahui secara real time, sehingga kemacetan dapat terhindarkan ketika salah satu dermaga tengah penuh. Kemudian, jika sudah terintegrasi, seharusnya kemacetan juga akan bisa terhindari.
 
"Kalau proses manual, perusahaan logistik menengah ke bawah, dia enggak punya sistem, ujung-ujungnya manual juga, booking manual segala macam, akhirnya visibility-nya juga berkurang gitu. Jadi kami coba perbaiki atau coba ditambahkan yang diinginkan apa," kata Ferna dikutip dari keterangan tertulis, Rabu, 7 Mei 2025.
 
Adapun, Forsis merupakan transportation management system (TMS) berupa mini Enterprise Resources Planning (ERP) yang mampu meliputi seluruh aktivitas transaksi logistik dari pelanggannya, mulai dari database pelanggan, vendor, pengelolaan order, hingga mengeluarkan invoice. Kelebihannya, seluruh proses ini dapat meliputi aktivitas logistik darat, laut, dan udara.
 
Ferna mengungkapkan pembeda utama produknya dengan TMS lain yakni pemanfaatan kecerdasan buatan dalam optimalisasi rute perjalanan serta helpdesk yang dibantu oleh AI. Apalagi, jika Forsis ini dilengkapi dengan Fordex yang merupakan Application Programming Interface (API) atau aplikasi pemrograman antarmuka yang memungkinkan layanannya terkoneksi satu sama lain, terutama dengan lokapasar milik forwarder.ai.
 
Fordex memungkinkan integrasi pertukaran data antar sistem yang berbeda, sehingga ketika pelanggan sudah memiliki sistem tersendiri, Fordex dapat mengintegrasikannya dalam dashboard utama miliknya. Menariknya, Forsis dan Fordex ini sudah siap untuk terintegrasi (API ready) dengan sistem pembayaran digital, sehingga pengguna maupun pelanggannya dapat membayar secara digital tak lagi melakukan transfer manual.
 

Baca juga: Paradoks AI: Semakin Pintar, Semakin Berbahaya


(Ilustrasi AI. Foto: Medcom.id)
 

Tingkatkan efisiensi

 
Ferna bercerita pemanfaatan kecerdasan buatan dalam Forsis memungkinkan trucking memaksimalkan rute jalan (route optimization) sehingga dapat memilih rute yang paling ekonomis dan tetap tepat waktu secara real time.
 
"Nah, dari pricing yang pelanggan ini mau, pengguna Forsis ya ketika dia jual, dia akan mempertimbangkan hal itu. Biayanya berapa persen? Mungkin 20 persen sampai 30 persen dari biaya operasional mereka akan lebih murah ya," jelasnya.
 
Sementara itu, Chief Executive Officer forwarder.ai Stephanus Sugiharto menjelaskan bagi pelanggan yang memiliki atau membutuhkan aktivitas logistik multimoda dengan pengiriman antar pulau, penggunaan Forsis dan forwarder.ai pun dapat turut memangkas biaya.
 
"Nah, karena kami sudah mempunyai ekosistem pengiriman via container misalkan dengan harganya kompetitif, dari sana bisa langsung ada dampak efisiensinya secara cost door-to-door. Ya mungkin bisa dikatakan 15 persen hingga 20 persen efisiensinya," tambahnya.
 
Dari sisi keamanan dan kerahasiaan data, forwarder.ai juga mengedepankan perlindungan data dengan kedua piihak terlebih dahulu menandatangani perjanjian non-disclosure agreement (NDA) atau perjanjian kerahasiaan.
 
forwarder.ai lanjutnya, menawarkan kompetensi berupa informasi yang dimiliki sebagai suatu ekosistem logistik dan dapat menyarankannya kepada pelanggan.
 
"Mungkin mudahnya begini, paling tidak, kami mau menjadi satu platform logistik, yang kompeten dan terpercaya. Kami bisa benar-benar menyajikan rute apa yang paling optimal, dengan pilihan pelayaran terbaik menurut kami, dan pengalaman kami, yang bisa kami sampaikan ini ke calon pengguna jasa," tuturnya.
 
Adapun, Stephanus menerangkan prinsip utama yang dibangun dalam forwarder.ai adalah keterbukaan, seperti harga pengiriman itu dapat langsung terlihat oleh pengguna. Dalam perjalanannya, keterbukaan ini membuka peluang yang tadinya pelanggan bahkan menjadi mitra.
 
"Tadinya kami pikir kami mendisrupsi, ketika memang langsung ke cargo owner, pastinya kami mendisrupsi. Namun, dalam perjalanannya, malah kami bermitra, malah bersinergi seperti itu. Jadi enggak jarang yang tadinya pelanggan, sekarang jadi partner juga," jelas dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)