Gunung Lewotobi Laki-Laki. (Dok BNPB)
Lukman Diah Sari • 14 February 2025 09:56
Jakarta: Gunung Lewotobi Laki-Laki masih berstatus Level IV atau Awas, sejak Kamis, 13 Februari 2025. Data kegempaan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat ada 43 kali gempa letusan/erupsi, 987 kali gempa hembusan, 388 kali gempa harmonik, serta beberapa jenis gempa lainnya yang menunjukkan adanya suplai magma dan peningkatan tekanan dari dalam gunung.
"Cahaya pijar yang terlihat samar di malam hari di sekitar puncak juga mengindikasikan adanya pergerakan lava menuju permukaan," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, dalam keterangan resmi, dikutip pada Jumat, 14 Februari 2025.
Dia menerangkan bahwa data kegempaan ini mengindikasikan suplai magma terus berlangsung dan tekanan dari dalam gunung semakin meningkat. Selain itu, peningkatan jumlah gempa hembusan dan harmonik menandakan adanya pergerakan fluida dan pelepasan gas dari magma yang mengisi rekahan-rekahan di dalam gunung.
"Gempa vulkanik dangkal yang meningkat mengindikasikan aktivitas magma dalam kantung magma semakin intens dan bergerak menuju permukaan," papar dia.
Tak hanya itu, Abdul mengungkap, rekahan yang terbentuk di sisi barat laut puncak juga berpotensi mempercepat terjadinya erupsi. Meskipun jumlah gempa tektonik lokal masih stabil, namun fenomena ini tetap perlu diwaspadai.
"Karena dapat berpengaruh pada aktivitas erupsi gunung. Selain itu, getaran banjir yang berkurang seiring berkurangnya intensitas hujan tetap perlu diantisipasi, mengingat material hasil erupsi yang terendapkan dapat menjadi lahar saat terjadi hujan lebat," ungkap Abdul.
Dia menekankan bahwa lonjakan aktivitas kegempaan memperkuat indikasi bahwa Gunung Lewotobi Laki-Laki berada dalam fase kritis. Dengan adanya tren peningkatan aktivitas vulkanik ini, masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengikuti arahan dari otoritas terkait.
Masyarakat dan pihak terkait diimbau untuk menghindari aktivitas dalam radius enam kilometer dari pusat erupsi, serta sektoral barat daya-timur laut sejauh tujuh kilometer. Masyarakat diminta mematuhi arahan pemerintah daerah dan tidak terpancing isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
"Selain ancaman erupsi, potensi banjir lahar hujan juga harus menjadi perhatian utama, terutama bagi warga di daerah aliran sungai yang berhulu di puncak gunung. Potensi ini perlu diwaspadai di daerah Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, dan Nawakote. Bagi masyarakat terdampak hujan abu, disarankan untuk menggunakan masker atau penutup hidung-mulut guna mengurangi risiko gangguan pernapasan," jelas Abdul.