Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra. Foto: EFE
Fajar Nugraha • 1 July 2025 16:15
Bangkok: Mahkamah Konstitusi Thailand pada Selasa 1 Juli menjatuhkan skors terhadap Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra dari tugasnya. Skorsing dilakukan sambil menunggu kasus yang menuntut pemecatannya, menambah tekanan yang meningkat pada pemerintah yang tengah dikritik dari berbagai sisi.
Pengadilan menangani petisi dari 36 senator yang menuduh Paetongtarn tidak jujur dan melanggar standar etika yang melanggar konstitusi atas kebocoran percakapan telepon yang sensitif secara politik dengan mantan pemimpin berpengaruh Kamboja Hun Sen.
"Pengadilan telah mempertimbangkan petisi tersebut dan dengan suara bulat menerima kasus tersebut untuk dipertimbangkan," kata pemgadilan dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Channel News Asia, Selasa 1 Juli 2025.
Wakil Perdana Menteri Suriya Juangroongruangkit akan mengambil alih dalam kapasitas sementara sementara pengadilan memutuskan kasus terhadap Paetongtarn, yang memiliki waktu 15 hari untuk menanggapi dan akan tetap berada di kabinet sebagai menteri kebudayaan baru setelah perombakan.
"Pekerjaan pemerintah tidak berhenti, tidak ada masalah," kata Menteri Pariwisata dan Sekretaris Jenderal Partai Pheu Thai Sorawong Thienthong.
"Suriya akan menjadi perdana menteri sementara," ujar Thienthong.
Paetongtarn mengatakan pada hari Selasa bahwa dia menerima keputusan pengadilan untuk menskorsnya.
"Saya selalu berniat untuk melakukan yang terbaik bagi negara saya. Saya ingin meminta maaf kepada orang-orang Thailand yang merasa frustrasi dengan hal ini," ucap PM Paetongtarn.
"Saya akan terus bekerja untuk negara sebagai warga negara Thailand," imbuh Paetongtarn.
Panggilan telepon yang bocor dengan politisi veteran Kamboja tersebut memicu kemarahan dalam negeri dan telah membuat koalisi Paetongtarn memiliki mayoritas yang sangat tipis, dengan partai utama meninggalkan aliansi dan diperkirakan akan segera mengajukan mosi tidak percaya di parlemen, karena kelompok-kelompok protes menuntut perdana menteri tersebut mengundurkan diri.
Selama panggilan telepon pada 15 Juni yang dimaksudkan untuk meredakan ketegangan perbatasan yang meningkat dengan Kamboja, Paetongtarn, 38 tahun, bersujud di hadapan Hun Sen dan mengkritik seorang komandan tentara Thailand, garis merah di negara tempat militer memiliki pengaruh yang signifikan. Dia telah meminta maaf dan mengatakan bahwa pernyataannya adalah taktik negosiasi.