Kapal bantuan kemanusian ke Gaza ubah haluan. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 12 September 2025 06:18
Tunis: Armada Global Sumud yang menuju Gaza mengubah haluan pada Kamis 11 September 2025 ke pelabuhan Bizerte di Tunisia utara. Hal itu terpaksa dilakukan setelah gelombang laut yang ganas mengganggu jadwal keberangkatannya dari Sidi Bou Said.
Anggota komite pengarah Mohamed Amin Bennour mengatakan kepada kantor berita resmi Tunis Afrique Presse (TAP) bahwa keputusan tersebut dibuat karena kondisi yang tidak aman bagi kapal-kapal kecil dan menengah untuk berlayar langsung dari kota pesisir dekat Tunis.
“Kami akan pindah ke Bizerte untuk menyelesaikan persiapan sebelum menuju Gaza pada Jumat,” ujar Bennaour, seperti dikutip Anadolu, Jumat 12 September 2025.
Penyelenggara lainnya, Nabil Chennoufi, menekankan kepada Anadolu bahwa penundaan tersebut semata-mata disebabkan oleh kondisi cuaca, bukan masalah keamanan, seraya menambahkan bahwa otoritas Tunisia telah memberikan izin bagi konvoi tersebut.
Armada tersebut terdiri dari sekitar 36 kapal yang membawa antara 500 dan 700 aktivis dari lebih dari 40 negara. Kapal-kapal tambahan dari Italia dan Spanyol diperkirakan akan bergabung di sepanjang rute tersebut, sementara penyelenggara mengatakan sebuah kapal Mesir juga telah diizinkan untuk berpartisipasi.
Pada Rabu, ribuan warga Tunisia berkumpul di Sidi Bou Said untuk mendukung misi tersebut, mengibarkan bendera Palestina dan Tunisia serta meneriakkan yel-yel menentang blokade Israel terhadap Gaza.
Konvoi ini merupakan yang terbesar dari jenisnya hingga saat ini, karena upaya sebelumnya hanya melibatkan satu kapal yang dicegat Israel di laut. Penyelenggara mengatakan tujuan mereka adalah untuk menentang blokade dan mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Gaza, di mana kondisi kelaparan telah melanda akibat penutupan semua penyeberangan oleh Israel selama berbulan-bulan.
Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) yang didukung PBB mengonfirmasi pada 22 Agustus bahwa kelaparan telah melanda Gaza utara dan memperingatkan bahwa kelaparan dapat menyebar seiring berlanjutnya blokade Israel.
Tentara Israel terus melancarkan serangan brutal di Jalur Gaza, menewaskan sedikitnya 64.600 warga Palestina sejak Oktober 2023. Kampanye militer tersebut telah menghancurkan wilayah kantong tersebut, yang kini menghadapi kelaparan.
November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional atas perang yang dilakukannya di wilayah kantong tersebut.