Harga Emas Jatuh di Bawah USD3.300, Masih Ada Peluang Naik?

Emas batangan. Foto: dok MIND ID.

Harga Emas Jatuh di Bawah USD3.300, Masih Ada Peluang Naik?

Eko Nordiansyah • 28 May 2025 11:31

Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) diperdagangkan di bawah tekanan pada Rabu, 28 Mei 2025, setelah sempat merosot hampir dua persen dan turun ke bawah level psikologis USD3.300. Koreksi ini terjadi di tengah membaiknya sentimen pasar global.

Hal ini setelah Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan penundaan tarif 50 persen terhadap barang-barang dari Uni Eropa hingga 9 Juli. Keputusan ini disambut positif oleh pasar, memicu peningkatan selera risiko dan mengurangi permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.

Menurut Analis dari Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, pelemahan emas saat ini sejalan dengan formasi teknikal yang mulai menunjukkan pembentukan tren bearish jangka pendek. Kombinasi pola candlestick harian dan indikator moving average menunjukkan tekanan jual mulai mendominasi pasar emas.

"Jika tekanan ini berlanjut, potensi penurunan harga emas hari ini bisa mencapai area support berikutnya di kisaran USD3.277," jelas Andy dalam keterangan tertulis.

Namun, peluang rebound jangka pendek tetap terbuka jika terjadi reaksi balik dari pasar terhadap data fundamental baru atau munculnya kembali kekhawatiran geopolitik dan fiskal. “Apabila harga gagal menembus level support dan mengalami pantulan teknikal, maka target kenaikan terdekat ada di area USD3.320,” tambah Andy.
 

Baca juga: 

Harga Emas Antam dan Galeri 24 Stagnan di Pegadaian, UBS Naik Tipis



(Ilustrasi emas. Foto: Dok Bappebti)

Faktor yang membebani pergerakan harga emas

Salah satunya adalah penguatan dolar AS, yakni Indeks Dolar (DXY) naik lebih dari 0,62 persen menjadi 99,54. Penguatan ini didorong oleh lonjakan Keyakinan Konsumen AS yang meningkat tajam menurut laporan dari Conference Board, mencatat kenaikan tertinggi dalam empat tahun terakhir. Ini memberikan sentimen positif terhadap aset berbasis Dolar, namun menjadi tekanan tambahan bagi logam mulia.

Selain itu, investor juga mencermati perkembangan perundingan dagang antara AS dan India. Laporan dari Fox Business menyebutkan bahwa kerangka kesepakatan perdagangan antara kedua negara hampir diumumkan. Harapan tercapainya kesepakatan ini menambah keyakinan pasar, memperkuat arus keluar dari aset safe haven.

Meski demikian, prospek jangka menengah untuk emas masih menyimpan potensi upside. Kekhawatiran terhadap defisit fiskal AS dan peringkat utang pemerintah yang diturunkan oleh Moody’s dari AAA menjadi AA1 membuat emas tetap menarik sebagai lindung nilai terhadap ketidakstabilan fiskal. Hal ini turut ditopang oleh data pesanan barang tahan lama AS yang turun 6,3 persen MoM, melebihi ekspektasi kontraksi 7,8 persen, menandakan perlambatan di sektor manufaktur.

Pasar kini akan menantikan serangkaian data ekonomi penting dari AS, termasuk risalah rapat FOMC, estimasi kedua PDB kuartal I-2025, dan indikator inflasi pilihan The Fed yakni Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (PCE). Hasil dari data-data ini akan menjadi katalis utama dalam menentukan arah harga emas selanjutnya.

"Pergerakan harga emas sangat tergantung pada respons pasar terhadap rilis data tersebut. Jika ada tanda-tanda bahwa inflasi masih belum terkendali, maka emas bisa kembali mendapatkan momentum bullish," ungkap dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)