Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Foto: Dok Kemenkeu
Ihfa Firdausya • 5 August 2025 18:03
Jakarta: Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira berpendapat laporan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tidak mencerminkan kondisi riil ekonomi saat ini.
Menurutnya, ada beberapa data yang janggal. Salah satunya soal pertumbuhan industri pengolahan.
“Selisih datanya terlalu berbeda antara BPS dan PMI Manufaktur. BPS menghitung adanya pertumbuhan 5,68 persen (yoy) untuk industri pengolahan. Sementara akhir Juni 2025, PMI Manufaktur turun dari 47,4 menjadi 46,9,” kata Bhima saat dihubungi, Selasa, 5 Agustus 2025.
“Bagaimana mungkin PHK massal di padat karya meningkat, terjadi efisiensi dari sektor industri, bahkan di sektor hilirisasi juga smelter nikel ada yang berhenti produksi,” jelas dia.
Ia juga mencontohkan konsumsi rumah tangga yang tumbuh hanya 4,97 persen padahal kontribusinya 54,2 persen terhadap PDB. Idealnya, kata Bhima, konsumsi tumbuhnya di atas lima persen agar pertumbuhan ekonomi total jadi 5,12 persen (yoy).
“Ada indikasi politisasi data yang membuat investor dan masyarakat meragukan data BPS,” ujarnya.
Baca juga:
Andil Jakarta ke Ekonomi RI Paling Besar, Sulawesi dan Jawa Tumbuh Tertinggi |