Harga Minyak Dunia Naik, Penerimaan Negara dari Hulu Migas Capai USD7,6 Miliar

Ilustrasi blok migas. Foto: Dokumen SKK Migas

Harga Minyak Dunia Naik, Penerimaan Negara dari Hulu Migas Capai USD7,6 Miliar

Annisa Ayu Artanti • 20 July 2024 16:16

Jakarta: Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, hingga Juni 2024 penerimaan negara dari hulu migas mencapai USD7,6 miliar atau setara dengan Rp114 triliun (kurs APBN 2024,1 USD= Rp 15.000). Angka ini berada di atas target penerimaan negara pada APBN 2024 yang ditetapkan per Juni 2024 sebesar USD5,41 miliar atau sekitar Rp81 triliun. 
 
Kepala SKK Migas Dwi Sotjipto menjelaskan, selain faktor harga minyak dunia, kenaikan penerimaan negara dari hulu migas dikontribusikan pula dari keberhasilan SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam melakukan efisiensi biaya di semua lini. 
 
Hal ini terlihat dari realisasi cost recovery hingga Juni 2024 yang sebesar USD3,3 miliar dari yang ditetapkan sebesar USD3,47 miliar atau realisasi cost recovery lebih rendah empat persen dari anggaran. Hal ini menunjukkan SKK Migas dan KKKS berhasil mengendalikan cost recovery dengan menerapkan efisiensi serta tetap menjaga produktivtias.
 
“Kami bersyukur industri hulu migas berhasil memberikan penerimaan negara di atas target. Ini wujud bentuk dukungan nyata industri hulu migas untuk terus memberikan kontribusi yang terbaik bagi negara guna mendukung pembangunan dan program-program Pemerintah," kata Dwi dalam siaran pers, Sabtu, 20 Juli 2024.
 
Dwi melanjutkan, keberhasilan SKK Migas dan KKKS menjaga pengeluaran cost recovery dibawah pagu yang ditetapkan, menunjukkan industri hulu migas berhasil menjaga efisiensi dengan tetap menjaga produktivitas. 
 
Baca juga: 

Kejar Target Investasi Hulu Migas, SKK Dorong Eksplorasi yang Masif

Kinerja lifting migas

Terkait kinerja lifting minyak dan gas, Dwi menyampaikan hingga Juni 2024 lifting minyak mencapai 576 ribu barel minyak per hari (BOPD) dan untuk salur gas mencapai 5.301 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). 
 
Menurutnya, belum optimalnya lifting minyak disebabkan realisasi program pemboran sumur pengembangan belum optimal akibat ketersediaan rig serta adanya banjir dibeberapa lokasi sehingga lifting dengan menggunakan truk tidak bisa dilakukan. 
 
Untuk salur gas mencatatkan kinerja yang lebih baik dengan realisasi salur gas hingga Juni 2024 mencapai 5.301 MMSCFD atau meningkat dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu sebesar 5.326 MMSCFD. 
 
“Kegiatan forum gas bumi dan upaya mendorong penyerapan gas berhasil mendapatkan pembeli yang akan meningkatkan penyerapan gas hingga akhir tahun 2024 dengan prognosa salur gas akhir tahun yang diperkirakan akan mencapai sekitar 5.554 MMSCFD atau lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2022 yang sebesar 5.347 MMSCFD. Jika berhasil direalisasikan, maka selama 2 (dua) tahun berturut-turut salur gas mengalami kenaikan," imbuh Dwi.
 
Dwi menambahkan bahwa seharusnya salur gas dapat lebih tinggi lagi, karena di Jawa Timur kelebihan gas hingga 150 MMSCFD yang tidak bisa diserap karena belum tersambungnya pipa gas yang menyalurkan gas dari Jawa Timur ke Jawa Barat.
 
“Melihat proyek gas yang semakin banyak kedepannya, serta upaya Pemerintah untuk menyambungkan pipa gas dari Sumatera hingga ke Jawa, kami optimis kedepannya penyerapan gas di domestik akan terus meningkat," katanya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)