Ilustrasi. Medcom.id
Sleman: Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Sleman, Kusno Wibowo, menyebut sampai saat ini stunting di Sleman masih menjadi pekerjaan yang harus diselesaikan bersama.
"Penurunan angka stunting bukan hanya menjadi tanggungjawab Dinas Kesehatan, tetapi menjadi tanggungjawab seluruh OPD menyesuaikan dengan ketugasannya," katanya di Sleman, Selasa, 15 Oktober 2024.
Dia menjelaskan di Kabupaten Sleman angka tertinggi ada di wilayah Kapanewon (Kecamatan) Seyegan, Minggir, Pakem dan Turi. Berdasarkan Audit Kasus Stunting (AKS) yang dilakukan di Seyegan dan Pakem, imbuh Kepala Dinas Ksehatan Kabupaten Sleman, Cahya Purnama penyebab stunting utamanya karena pola pemberian makan balita yang tidak tepat.
"Seyegan dan Pakem tertinggi pada tahun 2023, sekarang bergeser ke Minggir dan Turi, meskipun Seyegan dan Pakem masih tinggi juga. Jadi masih pada pola asuh yang belum bagus. Salah satunya menitikberatkan pada camilan ke anak, tidak ada jadwal teratur ketika makan, ini dimulai ketika MPASI," jelas Cahya.
Ia menduga para orang tua yang bekerja, kemudian menitipkan anak-anaknya kepada pengasuh atau neneknya yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup terkait dengan asupan gizi anak.
"Stunting di Sleman bukan karena kemiskinan. Data kami, (stunting) yang disebabkan kemiskinan hanya 5 persen, sedangkan 90 persen ke atas karena pola asuh," ungkap Cahya.
Selain itu, katanya stunting disebabkan karena masih adanya ibu hamil yang berisiko tinggi melahirkan bayi prematur. Cahya menyebut di empat Kapanewon tersebut masih banyak bayi lahir dengan berat badan rendah.
"Tingginya angka stunting disebabkan oleh tata laksana follow up bayi prematur atau berat badan lahir rendah (BBLR) yang kurang optimal," ujarnya.