Selandia Baru Berduka, Pemimpin Suku Maori Wafat

Raja Suku Maori, Kiingi Tuheitia Potatau Te Wherowhero VII. Foto: Waikoto Tainui

Selandia Baru Berduka, Pemimpin Suku Maori Wafat

Medcom • 30 August 2024 10:53

Wellington: Selandia Baru berduka atas meninggalnya Kiingi Tuheitia Potatau Te Wherowhero VII, pemimpin tertinggi suku Maori, di usia 69 tahun pada Jumat 30 Agustus 2024. Raja mangkat setelah menjalani operasi jantung dan sedang dalam proses pemulihan sakit ketika kabar duka ini tiba.

Sang raja wafat dengan tenang di keliling oleh keluarga, hanya beberapa hari setelah merayakan ulang tahun ke-18 pengobatannya. 

"Kepergian Raja Tuheitia membawa duka yang mendalam bagi para pengikut Te Kiingitanga, masyarakat Maori, dan seluruh bangsa," kata juru bicara Rahui Papa di media sosial, seperti dikutip Radio New Zealand.

Kabar duka ini mengejutkan banyak pihak, termasuk Raja Charles III, mengungkapkan kesedihannya atas kehilangan teman yang sangat dihormatinya. Raja Charles juga mengenang pertemuan-pertemuannya dengan Kiingi Tuheitia baik di Selandia Baru maupun di Istana Buckingham dengan penuh kehangatan.

"Saya dan istri sangat berduka mendengar kabar meninggalnya Raja Tuheitia," ungkap Raja Charles dalam pernyataannya.

"Saya merasa beruntung bisa mengenal Raja Tuheitia selama bertahun-tahun. Ia sangat berkomitmen untuk membangun masa depan yang kuat bagi suku Maori dan Selandia Baru, dengan mengedepankan budaya, tradisi, dan penyembuhan, yang ia lakukan dengan bijaksana dan penuh kasih," lanjutnya, menggunakan nama Maori dan bahasa Inggris untuk menyebut negara tersebut.

Perdana Menteri Selandia Baru, Christopher Luxon, saat itu sedang berada di Tonga untuk menghadiri Forum Kepulauan Pasifik, juga menyampaikan penghormatannya. 

Ia menyoroti dedikasi Raja Tuheitia alam memperjuangkan hak-hak anak muda Maori, menjaga adat-istiadat suku Maori, serta visi sang raja untuk menciptakan masa depan di mana semua orang diperlakukan dengan martabat dan rasa hormat.

Mantan Perdana Menteri Jacinda Ardem juga memberikan penghormatan kepada Raja Tuheitia, menyebutkan sebagai advokasi yang gigih untuk keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran suku Maori.

“Anda telah menjadi pembela bagi suku Maori, memperjuangkan keadilan, kesejahteraan, dan kesetaraan. Anda ingin anak-anak, remaja, dan mereka yang tertinggal memiliki kesempatan dan harapan,” ujar Mantan Perdana Menteri, Jacinda Ardern di postingan akun Instagram.

“Anda bekerja tanpa lelah untuk membangun pemahaman dan pengetahuan tentang sejarah kita bersama, yang sekaligus memperkuat Aotearoa. Di tengah semua itu, Anda membuat semua orang merasa diterima - termasuk saya. Terima kasih banyak, Kiingi. Sekarang, beristirahatlah dengan tenang,” lanjut Ardern.

Warisan Raja Maori yang Kuat

Kiingi Tuheitia adalah raja ketujuh dalam monarki Kiingitanga, sebuah gerakan yang didirikan pada tahun 1858 dengan tujuan menyatukan suku Maori di bawah satu kepemimpinan. 

Meski tidak memiliki status hukum, posisi ini memiliki pengaruh politik dan simbolis yang besar di Selandia Baru, terutama dalam memperjuangkan hak-hak Maori dan menjaga tradisi serta budaya mereka.

Ia dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan penuh kasih sayang. Dan selalu berkomitmen untuk membangun masa depan yang kuat bagi suku Maori dan seluruh rakyat Aotearoa-Selandia Baru, dengan dasar budaya, tradisi, dan upaya penyembuhan dari luka-luka masa lalu akibat kolonialisme.

Pengaruh Sejarah dan Politik Selandia Baru

Kiingi Tuheitia menggantikan ibunya, Ratu Te Arikinui Dame Te Atairangikaahu, yang memimpin selama empat dekade sebelum wafat pada tahun 2006. 

Selama masa kepemimpinannya, Raja Tuheitia menjadi suara kuat dalam politik Selandia Baru, terutama terkait isu-isu yang berakar dari masa kolonial.

Salah satu momen penting dalam sejarah Selandia Baru adalah penandatanganan Perjanjian Waitangi pada tahun 1840, yang memberikan hak-hak yang sama kepada suku Maori seperti warga Inggris, serta memberikan otoritas kepada Maori atas "taonga" atau harta benda mereka, termasuk yang bersifat tak berwujud.

Pada Maret lalu, Kiingi Tuheitia membuat seruan penuh semangat agar paus diakui memiliki hak hukum yang sama seperti manusia, sebagai upaya untuk melindungi spesies yang dianggap suci dan rentan ini. (Nithania Septianingsih)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)