Kematian Terkait Panas Ekstrem Meningkat 30 Persen di Eropa

Ilustrasi terik matahari. (Medcom)

Kematian Terkait Panas Ekstrem Meningkat 30 Persen di Eropa

Willy Haryono • 22 April 2024 17:00

Brussel: Di tahun penuh kondisi ekstrem, Eropa mengalami gelombang panas menyengat dan juga bencana banjir, kekeringan parah, badai dahsyat, dan kebakaran hutan terbesar.

Menurut Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa dan Organisasi Meteorologi Dunia PBB (WMO) dalam laporan bersama yang diterbitkan Senin ini, 22 April 2024, rentetan bencana di Eropa telah menimbulkan kerugian miliaran dolar dan berdampak pada lebih dari dua juta orang.

Dampaknya terhadap kesehatan sangatlah akut, di mana panas dianggap lembaga-lembaga ini sebagai ancaman terbesar terkait iklim karena pemanasan global menyebabkan musim panas di Eropa menjadi semakin panas.

Indeks Iklim Termal

"Kami melihat tren peningkatan jumlah hari dengan tekanan panas ekstrem di seluruh Eropa, dan tidak terkecuali pada tahun 2023, dengan Eropa mengalami rekor jumlah hari dengan tekanan panas yang ekstrem," kata Rebecca Emerton, ilmuwan iklim di Copernicus.

Untuk penelitian ini, Copernicus dan WMO menggunakan Indeks Iklim Termal Universal, yang mengukur pengaruh lingkungan terhadap tubuh manusia. Ini memperhitungkan tidak hanya suhu tinggi, tetapi juga kelembaban, kecepatan angin, sinar matahari, dan panas yang dipancarkan lingkungan sekitar.

Indeks ini memiliki 10 kategori tekanan panas dan dingin yang berbeda, dengan satuan derajat Celcius mewakili suhu yang "terasa seperti."

Tekanan panas ekstrem "setara dengan suhu yang 'terasa' lebih dari 46 derajat Celcius, yang pada titik ini sangat penting untuk mengambil tindakan untuk menghindari risiko kesehatan seperti serangan panas (heat stroke)," tutur Emerton, mengutip dari laman rfi.fr.

'Musim panas berkepanjangan'

Paparan tekanan panas berkepanjangan sangat berbahaya bagi kelompok rentan seperti orang lanjut usia atau mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya, dan dampak panas ekstrem jauh lebih kuat di perkotaan.

Dua puluh tiga dari 30 gelombang panas terburuk yang pernah tercatat di Eropa telah terjadi pada abad ini, dan kematian akibat panas telah melonjak sekitar 30 persen dalam 20 tahun terakhir, kata laporan itu.

Tahun 2023 bukanlah musim panas terpanas di Eropa, melainkan berada di peringkat lima dalam sejarah benua tersebut. Namun itu bukan berarti sengatan panas tahun lalu tidaklah terik.

Sebagian besar Eropa tersengat gelombang panas selama "musim panas berkepanjangan" antara Juni dan September 2023, kata Emerton. September adalah rekor terpanas di Eropa secara keseluruhan, tambahnya.

Konsekuensi serius

Para ilmuwan sepakat bahwa emisi gas rumah kaca menyebabkan pemanasan Bumi, sehingga menyebabkan kejadian cuaca ekstrem yang lebih intens dan sering terjadi.

Eropa mengalami pemanasan dua kali lebih cepat dibandingkan rata-rata global, dan gelombang panas akan menjadi lebih lama dan lebih kuat di masa mendatang, kata laporan itu.

Hal ini – ditambah dengan populasi yang menua dan semakin banyak orang yang pindah ke kota – akan mempunyai "konsekuensi serius bagi kesehatan masyarakat," tambahnya.

Tahun 2023 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat secara global dan lautan, yang menyerap 90 persen kelebihan panas yang dihasilkan emisi karbon dioksida, juga mengalami pemanasan ke tingkat tertinggi baru.

Gletser di seluruh wilayah Eropa mengalami pengurangan volume es, sementara Yunani mengalami kebakaran hutan terbesar dalam sejarah Uni Eropa.

Tahun 2023 juga merupakan salah satu tahun terbasah di Eropa, dengan banjir besar yang berdampak pada 1,6 juta orang, dan badai yang berimbas ke 550.000 warga.

Emerton mengatakan kerugian ekonomi akibat peristiwa ekstrem ini mencapai lebih dari EUR13 miliar – sekitar 80 persen disebabkan oleh banjir.

Baca juga:  Suhu Bumi Selama November 2022-Oktober 2023 Jadi yang Terpanas Sepanjang Sejarah

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)