Asia Tenggara. Foto: Unsplash.
Jakarta: Negara dalam kawasan Asia Tenggara memiliki sumber daya alam yang melimpah seperti minyak, gas mineral, dan hasil pertanian menjadi faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran kawasan. Sehingga membuat negara-negara tersebut mampu menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 47 persen menjadi 10 persen dalam kurun waktu 25 tahun.
Tidak hanya sampai di situ, di tengah kondisi ekonomi global yang masih lesu, negara-negara di Asia Tenggara justru mengalami pertumbuhan seperti Indonesia yang tahun ini naik lebih dari 5 persen dan Thailand sebesar 3,5 persen.
Pencapaian tersebut membuat Asia Tenggara menjadi kawasan dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia dalam beberapa tahun ke depan yang patut diperhitungkan. Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin negara-negara di Asia Tenggara akan menjadi kekuatan ekonomi keempat terbesar di dunia pada 2050 nanti setelah Tiongkok, Amerika Serikat, dan India sehingga mengukuhkan posisinya sebagai Epicentrum of Growth.
Pertumbuhan ekonomi negara Asia Tenggara
Chief Economist PermataBank Josua Pardede memaparkan pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Tenggara bertumbuh dengan sangat baik. Salah satunya disebabkan oleh nilai ekonomi digital Asia Tenggara yang semakin naik dan akan mencapai USD363 miliar pada 2025, seiring dengan peningkatan penetrasi internet lebih dari 70 persen.
"Namun, negara-negara Asia Tenggara juga harus mampu mengidentifikasi dan mengatasi tantangan di depan mata, yaitu persaingan yang semakin ketat, peningkatan kesenjangan ekonomi, tata kelola pemerintahan yang buruk, serta krisis iklim," tegas dia dalam keterangan resmi, Rabu, 4 Oktober 2023.
People & Organizational Performance Practice Leader di McKinsey Asia Tenggara Philia Wibowo mengungkapkan perekonomian Asia adalah beneficiary terbesar dari proses globalisasi.
Transisi teknologi informasi
Dia menjelaskan perkembangan pesat terjadi pada sektor-sektor utama seperti manufacturing, transisi dari teknologi informasi menjadi teknologi intelektual, dan sektor energi dimana semua negara-negara ASEAN sedang memprioritaskan wacana Net Zero, termasuk Indonesia.
"Namun, kita masih memiliki tantangan besar yaitu transitioning skill. Saya percaya semua hal pasti akan terpengaruh dengan perkembangan teknologi saat ini. Banyak pekerjaan yang tergantikan tetapi banyak peran yang mengedepankan leadership itu tidak bisa tergantikan. Oleh karena itu, kemampuan critical thinking dan problem solving menjadi hal yang penting untuk menghadapi dinamika perubahan teknologi,” tambah Philia.