ADB Naikkan Proyeksi Ekonomi Negara-negara Asia Pasifik Jadi 4,9%

Ilustrasi. Foto: MI

ADB Naikkan Proyeksi Ekonomi Negara-negara Asia Pasifik Jadi 4,9%

Annisa Ayu Artanti • 14 December 2023 11:59

Manila: Bank Pembangunan Asia (ADB) menaikkan proyeksi ekonominya untuk negara-negara berkembang di Asia dan Pasifik, setelah permintaan domestik yang kuat mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi dari perkiraan.
 
Menurut Asian Development Outlook (ADO), ekonomi regional diperkirakan akan tumbuh 4,9 persen tahun ini. Sebelumnya, ekonomi regional diperkirakan hanya tumbuh 4,7 persen di bulan September. Sementara itu, proyeksi ekonomi regional untuk tahun depan dipertahankan pada 4,8 persen.
 
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi RI di Tahun Pemilu Tumbuh 5,5%

Proyeksi ekonomi Tiongkok dan India 

Ekonomi RRT diproyeksikan akan berekspansi sebesar 5,2 persen tahun ini, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 4,9 persen, setelah konsumsi rumah tangga dan investasi publik mendorong pertumbuhan pada kuartal ketiga.
 
Prospek pertumbuhan untuk India juga telah dinaikkan menjadi 6,7 persen dari 6,3 persen setelah ekspansi yang lebih cepat dari perkiraan pada Juli-September, didorong oleh pertumbuhan dua digit dalam industri.
 
Peningkatan untuk RRT dan India lebih dari sekadar mengimbangi penurunan proyeksi untuk Asia Tenggara, yang disebabkan oleh kinerja yang lesu di sektor manufaktur.
 
"Negara-negara berkembang di Asia terus tumbuh dengan laju yang kuat, meskipun di tengah lingkungan global yang penuh tantangan," ujar Kepala Ekonom ADB Albert Park.
 
"Inflasi di kawasan ini juga berangsur-angsur mulai terkendali. Namun, risiko-risiko tetap ada, mulai dari kenaikan suku bunga global hingga peristiwa iklim seperti El Nino. Pemerintah di Asia dan Pasifik harus tetap waspada untuk memastikan ekonomi mereka tangguh dan pertumbuhannya berkelanjutan," jelas dia.

Prospek inflasi Asia Pasifik

ADO juga menjelaskan, prospek inflasi kawasan ini untuk tahun ini telah diturunkan menjadi 3,5 persen dari proyeksi sebelumnya sebesar 3,6 persen.
 
Untuk tahun depan, inflasi diperkirakan akan naik tipis menjadi 3,6 persen dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 3,5 persen.
 
Prospek pertumbuhan untuk Asia Tenggara tahun ini telah diturunkan menjadi 4,3 persen dari 4,6 persen, di tengah lemahnya permintaan ekspor manufaktur.
 
Risiko-risiko terhadap prospek tersebut termasuk kenaikan suku bunga yang terus-menerus di Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan keuangan di negara-negara yang rentan di kawasan ini, terutama negara-negara yang memiliki utang yang tinggi.
 
Potensi gangguan pasokan yang disebabkan oleh pola cuaca El Nino atau invasi Rusia ke Ukraina juga dapat memicu kembali inflasi, khususnya terkait pangan dan energi.
 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)