Ilustrasi. FOTO: Medcom
Angga Bratadharma • 7 August 2023 13:30
Gresik: Arus perkembangan teknologi informasi dan komunikasi digital turut menggerus eksistensi budaya dan seni. Identitas seni budaya dan kearifan lokal yang dipersepsikan bertentangan dengan kemajuan zaman teknologi digital bak tertelan bumi. Padahal, media sosial bisa menjadi sarana untuk melestarikan seni budaya dan kearifan lokal.
"Pengembangan budaya dan seni Indonesia di media digital butuh etika untuk melestarikannya," ujar Entrepreneur Wina Aulia Putri Kinanti dalam diskusi literasi digital yang digelar Kominfo) bekerja sama dengan Panitia Sedekah Bumi 2023, di Desa Boteng, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, dalam keterangan tertulisnya, Senin, 7 Agustus 2023.
Entrepreneur muda itu mengatakan, etika melestarikan seni budaya Indonesia di media digital yaitu dengan cara ikut mempelajari budaya dan kearifan lokal itu sendiri. Kita dapat mempelajari berbagai hal terkait budaya dari berbagai sisi, melalui buku, ensiklopedia, surat kabar, atau langsung datang ke tempat asalnya.
"Kemudahan akses internet juga membuat kita dapat memelajari budaya Indonesia yang beragam dengan mudah. Pengetahuan mengenai budaya bangsa tersebut mampu membuat budaya lokal milik Indonesia tetap terjaga dalam jangka waktu yang lama,” jelas Wina, dalam diskusi bertajuk 'Pengembangan Budaya dan Seni Indonesia di Media Digital'.
Etika lain mengembangkan budaya dan seni di media digital, lanjut Wina, yakni dengan cara mengikuti kegiatan kebudayaan supaya dapat merasakannya. Misalnya ikut menari dalam sebuah acara flash mob, atau menonton pertunjukan seni wayang kulit. ”Banyak manfaat dapat kita petik dari aktivitas menonton langsung pertunjukan budaya,” tegas Wina.
Meski begitu, Wina berpesan, dalam mengikuti kegiatan kebudayaan, sebisa mungkin hindari menyebarkan informasi yang mengandung unsur SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan) serta pornografi pada jejaring sosial. ”Biasakan untuk menyebarkan hal-hal yang berguna dan tidak menimbulkan konflik antar-sesama,” tuturnya.
Wina Aulia menambahkan, cara mengembangkan budaya dan seni Indonesia di media digital juga bisa dilakukan dengan mengajarkannya kepada orang lain, pertukaran budaya dengan negara lain, mengabadikan melalui rekaman foto dan video, hingga mengekspor karya seni budaya.
Dari perspektif berbeda, Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur Eko Pamuji mengatakan, dunia yang telah berubah menjadi masyarakat digital (digital citizenship) juga mengubah cara masyarakat dalam berekspresi dan menikmati karya seni budaya.
Menurutnya pengembangan budaya dan seni Indonesia di media digital harus mengikuti perkembangan digital lifestyle melalui digitalisasi budaya. "Jati diri dalam ruang budaya digital tak berbeda dengan budaya non-digital. Digitalisasi budaya memungkinkan mendokumentasikan kekayaan budaya, dan dapat menjadi peluang mewujudkan kreativitas," imbuh Eko.
Dalam diskusi luring di acara sedekah bumi itu, Dosen dan Pemerhati Digital Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya Meithiana Indrasari menambahkan, pengembangan budaya dan seni butuh pemahaman kompetensi keamanan bermedia digital.
”Pemahaman itu meliputi mengamankan perangkat dan identitas digital, mewaspadai penipuan dan memahami rekam jejak digital, serta memahami keamanan digital bagi anak,” jelas Meithiana Indrasari.
Diskusi literasi digital di lingkungan komunitas merupakan salah satu upaya Kemenkominfo untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat (komunitas) menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Untuk diketahui, program #literasidigitalkominfo tahun ini mulai dilaksanakan sejak 27 Januari 2023. Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 18 mitra jejaring, program ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.