Selandia Baru. Foto: Unsplash.
Arif Wicaksono • 15 June 2023 17:41
Wellington: Selandia Baru tergelincir ke dalam resesi karena ekonomi menyusut pada kuartal pertama. Data Kamis, 15 Juni 2023 mencatat, bank sentral perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk mengurangi risiko, tetapi menciptakan angin sakal baru untuk harapan pemilihan kembali pemerintah.
Produk Domestik Bruto (PDB) Selandia Baru sesuai ekspektasi analis kontraksi 0,1 persen pada kuartal Maret tetapi jauh di bawah perkiraan Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) sebesar 0,3 persen pertumbuhan. Selanjutnya, PDB kuartal keempat direvisi menjadi kontraksi 0,7 persen dari penurunan 0,6 persen.
Dolar Selandia Baru tergelincir 0,2 persen menjadi USD0,6197 setelah data tersebut sejalan dengan ekspektasi pasar dan memberikan daya tarik pada posisi bank sentral tidak diperlukan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Menurut data Statistik Selandia Baru, kelemahan dalam ekonomi berbasis luas dengan output dari setengah industri negara berkontraksi. Pertumbuhan terganggu oleh dampak dua topan besar dan banjir bandang di Auckland pada Januari dan Februari.
"Jelas ekonomi Selandia Baru kehilangan momentum," kata ekonom senior Westpac Michael Gordon dalam sebuah catatan dikutip dari Channel News Asia, Kamis, 15 Juni 2023.
"Yang masih harus dilihat adalah apakah hal-hal telah cukup melambat untuk membawa kita kembali ke inflasi yang rendah dan stabil." tegas dia.
Ketenagakerjaan tetap kuat di Selandia Baru, membatasi efek bagi banyak orang dari dampak resesi buruk. Namun, sementara resesi tetap bersifat teknis setelah kontraksi dua kuartal berturut-turut, itu telah menjadi masalah politik yang signifikan karena Selandia Baru menuju pemilihan pada Oktober, dengan para pemilih berjuang dengan biaya hidup yang lebih tinggi. Inflasi di Selandia Baru berada pada 6,7 persen, jauh di atas kisaran target bank sentral sebesar 1-3 persen.
Ekonom mengatakan, indikasi momentum melambat akan disambut baik oleh bank sentral, yang mengatakan sedang mencoba merekayasa resesi untuk mengendalikan inflasi dalam pengetatan kebijakan paling agresif sejak 1999, ketika suku bunga diperkenalkan.
Tingkat uang tunai, sekarang pada level tertinggi dalam 14 tahun di 5,5 persen, telah meningkat 525 basis poin sejak Oktober 2021, dan bank sentral pada pertemuan terakhirnya Mei mengatakan tingkat uang sekarang telah mencapai puncaknya.
"Ketika tekanan sisi permintaan pada inflasi terus mereda, kasus penurunan suku bunga akan semakin menarik," kata Ekonom Capital Economics Abhijit Surya dalam sebuah catatan.