Pencarian MH370 Dimulai Kembali, Drone Canggih Dikerahkan ke Samudra Hindia

Pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 resmi dilanjutkan pada Selasa, 30 Desember 2025. Foto: Bernama

Pencarian MH370 Dimulai Kembali, Drone Canggih Dikerahkan ke Samudra Hindia

Fajar Nugraha • 31 December 2025 10:50

Washington: Setelah hampir 12 tahun menghilang, pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 resmi dilanjutkan pada Selasa, 30 Desember, di wilayah terpencil Samudra Hindia bagian selatan. Misi ini mengandalkan robot bawah laut mutakhir dan analisis data terbaru untuk memecahkan misteri terbesar dalam sejarah penerbangan dunia.

Pesawat Boeing 777 yang membawa 239 orang tersebut hilang dalam penerbangan dari Kuala Lumpur menuju Beijing pada 8 Maret 2014. Pemerintah Malaysia memberikan izin kepada perusahaan robotika laut asal Texas, Ocean Infinity, untuk memimpin pencarian dengan kontrak "tidak ketemu, tidak bayar" (no find, no fee).

Misi terbaru ini dijadwalkan berlangsung selama 55 hari dengan target area pencarian seluas 5.800 mil persegi. Wilayah ini jauh lebih kecil dibandingkan upaya sebelumnya, berkat pembaruan data satelit, pemodelan hanyutan, dan analisis pakar.

Ocean Infinity akan menerima imbalan sebesar USD70 juta atau sekitar Rp1 triliun, jika berhasil menemukan bangkai pesawat tersebut. 

"Perkembangan ini menegaskan komitmen pemerintah Malaysia untuk memberikan kepastian bagi keluarga korban tragedi ini," pernyataan Kementerian Transportasi Malaysia, seperti dikutip dari Anadolu, Rabu 31 Desember 2025. 

Ocean Infinity mengerahkan kendaraan bawah laut otonom yang mampu menyelam hingga kedalaman 6.000 meter. Drone tersebut dilengkapi dengan sonar pemindaian samping resolusi tinggi, pencitraan ultrasonik, dan magnetometer untuk memetakan dasar laut secara 3D serta mendeteksi puing-puing logam yang tertimbun.

Jika objek mencurigakan ditemukan, kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh akan diturunkan untuk melakukan inspeksi jarak dekat. Sejauh ini, hanya kurang dari 30 serpihan kecil pesawat, seperti bagian sayap dan roda pendaratan yang ditemukan terdampar di pantai Réunion hingga Mozambik dan sampai saat ini tidak ada jenazah yang pernah ditemukan.

Penyelidikan resmi Malaysia pada 2018 menyimpulkan, bahwa pesawat kemungkinan besar sengaja dialihkan dari rutenya, namun tidak menetapkan pihak yang bertanggung jawab. Keluarga korban dari berbagai negara terus mendesak kelanjutan pencarian demi kepastian hukum dan keselamatan penerbangan global.

Seorang warga negara Tiongkok, Jiang Hui, yang kehilangan ibunya dalam musibah tersebut, menegaskan pentingnya misi ini. Ia mengatakan, bahwa menemukan pesawat, menemukan orang yang dicintai, dan menemukan kebenaran adalah sesuatu yang harus dilakukan dalam hidupnya. 

(Kelvin Yurcel) 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Fajar Nugraha)