Wamenlu Arif Havas Oegroseno dalam acara Commemoration of 70th Anniversary of The Asian African Conference di Jakarta, Rabu, 16 April 2025. (Metrotvnews.com / Muhammad Reyhansyah)
Willy Haryono • 16 April 2025 18:39
Jakarta: Wakil Menteri Luar Negeri RI Arif Havas Oegroseno menekankan pentingnya kerja sama konkret antarnegara Global South, tidak hanya dalam tataran diplomasi tingkat tinggi, tetapi juga antarwilayah, antarprovinsi, dan antar pebisnis lintas kawasan.
“Saya baru saja dari Sabah, Malaysia. Kalau kita bisa kerja sama antara provinsi Kalimantan dan negara bagian Malaysia untuk perdagangan dan logistik, itu jauh lebih konkret daripada pertemuan meja bundar di New York,” ujar Havas dalam acara Commemoration of 70th Anniversary of The Asian African Conference bertajuk The Global South in a Shifting World Order di Jakarta, Rabu, 16 April 2025
Ia menyebut bahwa solidaritas Selatan tidak boleh berhenti di forum multilateral, tetapi harus diterjemahkan menjadi kolaborasi nyata di lapangan, termasuk di bidang energi, pangan, dan perdagangan lokal.
Havas juga menyuarakan kekhawatiran bahwa generasi muda kini tidak mengenal Gerakan Non-Blok. Menurutnya, GNB perlu memikirkan ulang strategi komunikasi publik agar prinsip-prinsip Bandung tetap hidup dalam kesadaran kolektif generasi baru.
“Kita butuh pendekatan komunikasi baru: kampanye di media sosial, storytelling digital, dan pendidikan publik. Tanpa itu, semangat ini akan menghilang,” katanya.
Havas menyarankan agar negara-negara Global South tidak hanya fokus ke arah diplomasi elite, tetapi mulai membangun soft power dengan cara membentuk ekosistem komunikasi yang kuat di tingkat masyarakat.
“Kalau kita ingin GNB relevan sampai 70 tahun ke depan, kita harus bicara ke generasi berikutnya. Dan itu tidak bisa dilakukan hanya lewat pidato,” pungkasnya. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Global South Harus Kuatkan Konsolidasi Politik Sebelum Bicara Reformasi Dunia