Ilustrasi. Foto: Dok MI
Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan Selasa, 28 Oktober 2025. Kondisi IHSG sempat menguat pada awal pembukaan pagi tadi, namun langsung ambruk hingga ke 8.092,629.
Berdasarkan data RTI, IHSG sore ditutup turun 24,521 poin atau setara 0,30 persen. IHSG sebelumnya sempat dibuka ke level 8.144. Sementara itu, IHSG juga berada di level terendah 8.039 dan tertinggi di posisi 8.151.
Adapun total volume saham yang telah diperdagangkan adalah 30,062 miliar senilai Rp19,681 triliun. Sedangkan kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp14,858 triliun dengan frekuensi sebanyak 2.304.413 kali.
Sore ini, tercatat sebanyak 309 saham bergerak melemah. Sementara itu, sebanyak 341 saham menguat dan 159 saham lainnya stagnan.
Alasan yang bikin IHSG melempem
Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya menyatakan, IHSG bergerak melemah di tengah pelaku pasar mencermati arah kebijakan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed). Data inflasi AS yang lebih rendah memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin pada Rabu, 29 Oktober 2025
"Dengan investor menantikan pernyataan Ketua Jerome Powell terkait arah kebijakan moneter selanjutnya," kata Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta dikutip dari
Antara, Selasa, 28 Oktober 2025.
(Ilustrasi. Foto: Freepik)
Berikut beberapa faktor yang membuat IHSG melemah:
1. Rencana penurunan suku bunga
Dari mancanegara, fokus perhatian pelaku pasar tertuju pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed pada Rabu, yang menurut konsensus akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi pada kisaran 3,75-4 persen.
Pelaku pasar juga menantikan keputusan suku bunga dari European Central Bank (ECB), Bank of Japan (BoJ), serta Bank of Canada.
2. Pertemuan Trump dan Xi
Sementara itu, pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada Kamis, 30 Oktober 2025, dapat meredakan ketegangan dagang dan menghentikan tarif baru.
Komentar positif dari Menteri Keuangan AS Scott Bessent tentang kerja sama perdagangan juga menambah sentimen positif.
3. Metode perhitungan free float dikaji ulang
Dari dalam negeri, Morgan Stanley Capital International (MSCI) saat ini tengah mengkaji ulang metode perhitungan free float saham Indonesia dan membuka konsultasi publik hingga 31 Desember 2025, dengan hasil diumumkan paling lambat 30 Januari 2026.
Aturan baru akan diterapkan pada review Mei 2026, dengan dua opsi pendekatan yang sama-sama lebih ketat terhadap saham yang dimiliki korporasi atau tidak jelas kepemilikannya. Selain itu, pembulatan angka free float juga akan disesuaikan menjadi lebih rinci.
Dampaknya, banyak emiten Indonesia yang memiliki struktur kepemilikan terkonsentrasi berisiko mengalami penurunan porsi dalam indeks MSCI, yang dapat memicu arus keluar modal asing. Namun demikian, koreksi tersebut bersifat sementara karena aturan MSCI belum resmi dirilis.
4. Bursa AS dan Eropa menguat, Asia melemah
Pada perdagangan Senin, 27 Oktober 2025, bursa saham Eropa ditutup menguat, di antaranya Euro Stoxx 50 menguat 0,63 persen, indeks FTSE 100 Inggris menguat 0,09 persen, indeks DAX Jerman menguat 0,28 persen, serta indeks CAC Prancis menguat 0,16 persen.
Bursa saham AS di Wall Street juga ditutup menguat pada Senin, di antaranya indeks S&P 500 menguat 1,23 persen ke 6.875,16, indeks Nasdaq menguat 1,83 persen ke 25.821,55, serta Dow Jones menguat 0,71 persen ke 47.544,59.
Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei melemah 85,82 poin atau 0,12 persen ke 50.452,00, indeks Shanghai melemah 3,62 poin atau 0,09 persen ke 3.993,45, indeks Hang Seng melemah 65,70 poin atau 0,25 persen ke 26.368,50, dan indeks Strait Times menguat 24,61 poin atau 0,54 persen ke 4.464,48.