Kilau Harga Emas Meredup, Tren Bullish Sudah Usai?

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Kilau Harga Emas Meredup, Tren Bullish Sudah Usai?

Eko Nordiansyah • 10 May 2025 10:26

Jakarta: Analis dari Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha mengatakan, secara teknikal harga emas saat ini menunjukkan kecenderungan melemah. Tren bullish pada XAUUSD mulai kehilangan momentumnya dan diperkirakan akan tetap melemah hingga pekan depan. Meskipun demikian, peluang rebound masih terbuka lebar.

Andy memproyeksikan bahwa XAUUSD berpotensi mengalami rebound teknikal menuju area USD3.500 jika tidak ada sentimen negatif yang mendominasi. Level ini menjadi target atas yang realistis jika harga mampu bertahan dan mendapatkan dukungan dari data ekonomi yang kurang solid atau meningkatnya ketegangan geopolitik. 

"Namun demikian, ada juga risiko yang perlu diwaspadai. Jika harga berbalik arah dan menembus level key point di USD3.182, maka kemungkinan penurunan lanjutan bisa terjadi hingga menyentuh level USD3.074," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 10 Mei 2025.

Emas tertekan isu global dan data ekonomi

Sepanjang minggu ini, harga emas menunjukkan pergerakan yang fluktuatif namun tetap menarik perhatian investor global. Di awal pekan, harga emas melonjak signifikan dan mencetak level tertinggi dalam dua minggu terakhir di angka USD3.357,63 per ons pada hari Selasa, 6 Mei 2025. 

Kenaikan ini didorong oleh kombinasi dari melemahnya dolar AS dan meningkatnya permintaan safe haven akibat eskalasi ketegangan geopolitik, khususnya antara India dan Pakistan, serta ketidakpastian dalam negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

"Pelemahan dolar AS memainkan peran penting dalam mendongkrak harga emas. Dolar yang lebih lemah membuat emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain, sehingga permintaan pun meningkat," kata dia.
 
Baca juga: 

Harga Minyak Naik Lagi Didukung Pembicaraan Dagang AS-Tiongkok



(Ilustrasi emas. Foto: Dok Bappebti)

Di sisi lain, keputusan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25–4,50 persen turut memperkuat daya tarik emas sebagai aset lindung nilai. Fed juga menyampaikan kekhawatiran terhadap berbagai risiko ekonomi, seperti potensi inflasi dan peningkatan angka pengangguran, yang menambah kecemasan pasar dan mendorong investor untuk beralih ke aset aman seperti emas.

Namun demikian, seiring berjalannya minggu, harga emas mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Menjelang akhir pekan, logam mulia ini terkoreksi tipis sekitar 0,3 persen dan ditutup di level USD3.211 per ons. Koreksi ini dipicu oleh ekspektasi positif terhadap perkembangan negosiasi dagang AS-Tiongkok serta rilis data pekerjaan AS yang kuat, yang menurunkan permintaan terhadap aset safe haven.

Dengan demikian, pelaku pasar perlu mencermati dua skenario penting pada minggu depan: potensi rebound ke USD3.500 jika kondisi pasar mendukung, atau potensi penurunan hingga USD3.074 jika tekanan jual meningkat. Faktor-faktor fundamental seperti perkembangan negosiasi dagang, data ekonomi utama dari AS, serta ketegangan geopolitik akan menjadi pemicu utama arah pergerakan harga emas selanjutnya. 

"Para investor disarankan untuk tetap berhati-hati dan mengikuti perkembangan pasar secara saksama agar bisa mengambil keputusan investasi yang tepat," ungkapnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)