Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto: Viory
Fajar Nugraha • 19 June 2025 19:18
St. Petersburg: Presiden Rusia Vladimir Putin mengecam langkah NATO untuk meningkatkan belanja pertahanan sebagai tidak relevan dan berlebihan. Dalam pertemuan dengan para pemimpin redaksi kantor berita internasional di St. Petersburg pada Kamis 19 Juni 2025, Putin menegaskan bahwa peningkatan kapasitas militer aliansi Barat tersebut tidak menimbulkan ancaman bagi Moskow.
“Kami tidak menganggap adanya persenjataan ulang NATO sebagai ancaman bagi keamanan Federasi Rusia,” tegas Putin, seperti dikutip Anadolu, Kamis 19 Juni 2025.
Ia secara khusus menyoroti wacana beberapa negara anggota NATO yang ingin menaikkan anggaran pertahanan hingga 5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). “Itu tidak masuk akal,” kata pemimpin Kremlin tersebut.
Putin juga membantah tuduhan bahwa Rusia berniat menyerang negara-negara anggota NATO. Menurutnya, narasi tersebut hanyalah propaganda yang tidak berdasar.
“Legenda bahwa Rusia akan menyerang NATO adalah omong kosong,” tegas Putin.
Dalam kesempatan itu, Putin turut menyoroti ketimpangan belanja militer global, dengan menyebut bahwa negara-negara anggota NATO secara kolektif menghabiskan sekitar USD1,4 triliun untuk pertahanan. Angka itu, katanya, lebih besar dari total belanja militer seluruh negara lain di dunia.
Putin juga mengkritik sikap negara-negara Barat yang menurutnya gemar membuat aturan, tetapi enggan menerapkannya terhadap diri sendiri.
“Kalian (Barat) membuat aturan untuk orang lain, tapi tidak berniat mengikuti aturan itu sendiri. Siapa yang mau hidup dengan standar semacam itu?” tanyanya retoris.
Pernyataan Putin disampaikan di tengah ketegangan yang terus meningkat antara Rusia dan NATO, terutama terkait perang yang berkepanjangan di Ukraina, penempatan pasukan di Eropa Timur, serta usulan dari beberapa anggota aliansi untuk memperkuat komitmen pertahanan jangka panjang.
Pekan ini, sejumlah negara NATO mendorong peningkatan anggaran militer sebagai respon atas ancaman keamanan dari Rusia, khususnya setelah invasi ke Ukraina yang dimulai pada Februari 2022.
Putin menutup pernyataannya dengan mengingatkan bahwa ketegangan justru diperparah oleh langkah-langkah militer provokatif dari pihak Barat.
(Muhammad Reyhansyah)