Seleksi ASN untuk Guru Masih Banyak Menimbulkan Gejolak

Ilustrasi. Medcom

Seleksi ASN untuk Guru Masih Banyak Menimbulkan Gejolak

Despian Nurhidayat • 9 June 2025 19:22

Jakarta: Ketua Umum Ikatan Guru Sertifikasi Swasta (IGSS) PLPG Indonesia, Eka Wahyuni, mengatakan seleksi calon aparatur sipil negara (CASN) yang dilakukan pemerintah melalui tes kerap menimbulkan gejolak dari guru. Baik dari yang lulus hingga yang tidak bisa mempunyai peluang untuk ikut tes. 

“Ada yang lulus tes tetapi tidak menjamin lolos memperoleh SK dan NIP, namun ada yang bisa lolos meski tanpa harus mengikuti tes,” ungkap Eka, Senin, 9 Juni 2025. 

Eka menambahkan masalah lainnya adalah keterbatasan formasi dan kuota, tidak ada formasi yang diinginkan, serta formasi yang jauh dari domisili atau tempat tinggal pelamar. 

“Jarak adalah pertimbangan utama bagi seorang guru perempuan yang sudah berkeluarga. Bagi guru swasta masih harus ditambah dengan adanya izin dari yayasan untuk mengikuti tes atau mengundurkan diri. Kendala-kendala administratif yang tidak ada kaitannya dengan profesionalisme guru selalu menjadi hambatan guru untuk memperoleh status ASN,” ujar Eka. 

Dia merasa rekrutmen tes bukan formula yang tepat dan adil bagi penataan status kepegawaian dan karier guru. Dia menekankan permasalahan yang jarang disorot masyarakat dari pelaksanaan rekrutmen melalui tes adalah lahirnya ‘guru-guru siluman’ atau ‘ASN-ASN siluman’. 

“Fakta ini tak bisa kita pungkiri memang benar adanya. Setiap tahun, setiap kali tes CASN diselenggarakan, maka siluman-siluman tersebut selalu ada,” tutur dia.
 

Baca Juga: 

Kemendikdasmen Menargetkan 249.823 Guru Dapat Gelar S1/D4 Sampai 2028


Mereka adalah honorer-honorer (mayoritas berada di sekolah negeri), yang menghalalkan segala cara demi memperoleh status ASN dengan jalur instan tanpa mengikuti tes, atau tanpa lulus tes dengan bantuan orang dalam alias ordal pejabat nakal dengan cukup menyediakan uang imbalan puluhan juta rupiah. 

“Honorer-honorer siluman tersebut sebelumnya juga sudah berlaku curang masuk dapodik (Data Pokok Pendidikan) sekolah negeri dengan bantuan ordal meskipun mayoritas tidak mengajar hanya sekedar menumpang data. Ini dikarenakan adanya jaminan prioritas ASN yang hanya diberlakukan bagi honorer di sekolah negeri,” jelas Eka. 

Aturan ini dinilai jauh dari rasa keadilan karena memprioritaskan guru tertentu namun mengabaikan hak-hak guru lainnya.

Fakta di lapangan bahwa rekrutmen tes juga dikatakan selalu menjadi kesempatan dalam kesempitan bagi para oknum ASN serta oknum pihak-pihak tak bertanggung jawab sebagai ajang bagi-bagi jatah ‘cuan haram’. 

“Namun, mengapa pemerintah selalu menutup mata terhadap adanya kecurangan tersebut? Di tengah gencarnya efisiensi anggaran negara, seharusnya rekrutmen tes ditiadakan jika mengingat akibat-akibat yang ditimbulkan, terbukti hanya menghamburkan sia-sia uang negara,” tegas Eka. 

Menurut dia, solusi cerdas nan bijak untuk menyelesaikan carut marut pelaksanaan rekrutmen tes adalah menghentikan rekrutmen tes seleksi CASN dan terapkan jenjang karir ASN Guru berdasarkan masa kerja, berlaku untuk semua guru, tak terkecuali guru swasta. 

“Solusi ini amat logis dan berkeadilan karena memberikan peluang yang merata dan menyeluruh kepada semua guru secara sistematis, terarah, bersih, dan jujur, tidak ada rekayasa dan manipulasi data,” tutur dia. 

Selain itu, solusi ini tidak hanya menghentikan lahirnya ASN-ASN siluman, tetapi juga dapat menciptakan budaya antre dan budaya kerja yang lebih positif. Sehingga, mewujudkan pemerataan kesejahteraan berdasarkan masa kerja, tanpa harus menunjukkan superioritas,” ujar Eka.

Penerapan jenjang karier ASN Guru berdasarkan masa kerja, menurut dia, amat logis untuk pemerataan kesejahteraan seluruh guru di mana pun tempat pengabdiannya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Achmad Zulfikar Fazli)