Ilustrasi siswa tengah belajar di kelas. Foto: MI/Andri Widiyanto
Media Indonesia • 11 January 2024 16:40
Tasikmalaya: Puluhan siswa SDN Temanggung, Kampung Magelang, Desa Toblongan, Kecamatan Bojongasih, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, sudah 10 tahun melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas dengan cara lesehan. Kegiatan belajar tersebut lantaran kursi dan meja belajar mengalami kerusakan.
Guru SDN Temanggung, Asep Sugianto, mengatakan KBM tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2014. Kerusakan tersebut tidak kunjung diperbaiki meski sekolah telah beberapa kali mengajukan perbaikan ke dinas pendidikan dan kebudayan.
"Puluhan siswa kelas 3 dan 5 terpaksa harus melakukan proses kegiatan belajar mengajar dengan cara lesehan, setelah meja sama kursi sejak tahun 2014 atau 10 tahunan mengalami kerusakan dan kondisinya lapuk. Namun, ada sebagian yang masih dipaksakan digunakan dan kondisinya semua reyot," kata Asep di Tasikmalaya, Kamis, 11 Januari 2024.
Asep mengatakan kerusakan meja dan kursi itu makin banyak lantaran tak juga ada perbaikan hingga kegiatan itu dilakukan dengan lesehan oleh kelas 3 berjumlah 13 orang dan kelas 5 ada 16 orang. Akan tetapi, siswa di kelas lain masih bisa melakukan KBM dengan meja dan kursi dengan kondisi sebagian reyot tapi siswa kelas 1 dan kelas 2 menggunakannya secara bergantian termasuk siswa kelas 4 dan kelas 6 menggunakan meja dan kursi seadanya.
"Kondisi meja dan kursi yang telah mengalami kerusakan hingga tidak layak digunakan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayan selama itu sudah melakukan pemantauan ke sekolahnya. Namun, kami juga sudah dipanggil oleh Bupati Tasikmalaya untuk menjelaskan kondisi meja dan kursi di sekolahnya," jelasnya.
Menurutnya pihaknya berharap agar Pemkab Tasikmalaya dapat melakukan perbaikan agar anak didik bisa belajar secara efektif terutama menerima kegiatan belajar dengan baik. Akan tetapi, dengan lesehan yang dilakukan siswa kelas 3 dan 5 tanpa meja dan kursi sangat menganggu terutama dalam proses kegiatan belajar tidak maksimal.
"Kursi dan meja untuk kelas 3 dan 5 selama ini membutuhkan 125 paket, karena banyak yang tidak layak digunakan dan kondisinya sampai sekarang reyot tidak layak digunakan. Kami dari sekolah sangat berharap agar bantuan itu secepatnya direalisasikan terutamanya bagi generasi penerus bangsa," ungkapnya.