Ketua Panitia Gereja Santo Petrus Katedral Bandung, Hady Hartanto.
Roni Kurniawan • 4 September 2024 15:20
Bandung: Sekitar 200 jemaat Gereja Santo Petrus Katedral Bandung akan mengikuti rangkaian ibadah misa kudus yang dipimpin Paus Fransiskus di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta pada Kamis, 5 September 2024. Ratusan jemaat tersebut akan berangkat dengan menggunakan bus pada Kamis pagi.
Ketua Panitia Gereja Santo Petrus Katedral Bandung, Hady Hartanto mengatakan, persiapan untuk ibadah bersama Paus Fransiskus telah dipersiapkan dengan sangat matang. Jemaat pun sangat antusias untuk bisa mengikuti ibadah tersebut di GBK.
"Dari kami yang akan berangkat itu sebanyak 200 orang menggunakan 5 bus menuju Jakarta. Kami kumpul pukul 06.00 WIB di Katedral dan akan berangkat pukul 07.00 WIB, dan rencananya sampai GBK pukul 13.00 WIB," ujar Hady di Gereja Santo Petrus Katedral Bandung, Jalan Merdeka, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu, 4 September 2024.
Ia menuturkan, para jemaat akan turut mengikuti semua rangkaian yang telah dipersiapkan, hingga ibadah misa bersama yang akan digelar pada sore harinya. Adapun Paus diagendakan akan melakukan beberapa kunjungan penting sebelum menjalani ibadah bersama umat Katolik Indonesia.
"Para umat bisa mengikuti semua rangkaian acara di GBK yang akan dimulai pukul 12.00 hingga 17.00 WIB. Kemudian, acara akan dilanjutkan kembali pukul 17.00 WIB, misa dengan Bapak Paus," sambungnya.
Ia mengaku, kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia merupakan momen yang penting dan sangat berharga bagi umat Katolik. Hal itu pun akan menjadi sejarah bagi umat katolik yang bisa bertemu langsung dengan Paus Fransiskus.
"Kami semua, umat katedral sangat berharga ini suatu kerinduan bagi umat-umat karena kapan lagi bisa bertemu dengan Bapak Paus. Karena dengan jauhnya Jakarta ke Roma, itu tidak memungkinkan kami bertemu dengan Bapak Paus," bebernya.
Sementara itu, lanjut Hady, Jemaat yang akan diberangkatkan sendiri dipilih menyesuaikan dengan beberapa kriteria yaitu kesehatan fisik harus mempuni, dan menyesuaikan dengan agenda dan kondisi di lapangan.
"Umat ini berdomisili di Paroki Katedral, lalu umat yang memiliki riwayat kesehatan dan fisik yang kuat. Sebab, perjalanan ini membutuhkan waktu yang sangat panjang dan situasi di sana itu mungkin tidak akan nyaman," ungkapnya.