Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto: Anadolu
Medcom • 26 September 2024 17:29
Moskow: Presiden Rusia, Vladimir Putin meningkatkan ancaman nuklirnya terhadap Barat. Putin menyatakan bahwa setiap serangan terhadap Rusia menggunakan senjata konvensional yang didukung oleh kekuatan nuklir, akan dianggap sebagai serangan bersama.
Langkah ini mengindikasikan perubahan dalam doktrin nuklir Rusia.
Dalam rapat dewan keamanan, Putin menyatakan perlunya "mengoreksi" doktrin nuklir Kremlin. Ia mengisyaratkan bahwa Rusia kini akan merespons dengan serangan nuklir jika terjadi serangan rudal konvensional terhadap wilayahnya.
“Agresi terhadap Rusia oleh negara non-nuklir dengan dukungan negara nuklir akan dianggap sebagai serangan bersama terhadap Federasi Rusia,” kata Vladimir Putin, dilansir dari New Zealand Herald, Kamis, 26 September 2024
Sebelumnya, doktrin nuklir Rusia hanya mengizinkan penggunaan senjata nuklir setelah adanya serangan langsung oleh musuh bersenjata nuklir. Ukraina, yang tidak memiliki rudal nuklir, disebut-sebut sebagai sasaran ancaman ini, terutama setelah dukungan dari negara-negara Barat dalam konflik yang sedang berlangsung.
Peringatan ini datang di tengah pembicaraan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, yang membahas kemungkinan izin peluncuran rudal jarak jauh buatan AS ke Rusia. Selain itu, Perdana Menteri Inggris, Sir Keir Starmer, mendesak agar rudal Storm Shadow buatan Inggris diizinkan untuk digunakan melawan target di Rusia.
Putin menegaskan bahwa Rusia akan menganggap tindakan tersebut sebagai aksi perang oleh NATO jika negara-negara Barat mendukung Ukraina dalam menembakkan rudal jarak jauh ke wilayah Rusia. Pejabat Kremlin lainnya juga menegaskan kemungkinan tanggapan dengan serangan rudal nuklir.
Rusia, yang telah memindahkan rudal berkemampuan nuklir ke Belarus untuk pertama kalinya sejak berakhirnya Perang Dingin, menunjukkan bahwa doktrin nuklir baru ini juga akan mencakup sekutu dekatnya, Belarus.
Meski demikian, banyak analis yang mempertanyakan apakah Putin benar-benar akan melaksanakan ancaman ini. Pavel Podvig, peneliti senior di Institut Studi Perlucutan Senjata PBB, mengatakan bahwa Putin membiarkan aturan doktrin ini sengaja kabur, sehingga memberinya fleksibilitas dalam merespons.
Di sisi lain, para pengamat Ukraina yakin bahwa ancaman ini hanyalah bentuk gertakan, seperti yang sering dilakukan Putin sebelumnya.
“Setiap kali Putin berbicara tentang senjata nuklir, itu berarti Rusia sedang berada dalam posisi yang tidak menguntungkan,” kata Mantan Wakil Menteri Dalam Negeri Ukraina, Anton Gerashchenko.
Sementara itu, serangan Rusia terus meningkat, dengan penggunaan bom luncur untuk menyerang wilayah Zaporizhzhia dan Donbas, Ukraina, yang menewaskan sejumlah warga sipil.
Zelensky terus berupaya mendapatkan dukungan dari sekutu Barat untuk melancarkan serangan balik yang signifikan, termasuk meminta izin untuk menggunakan rudal jarak jauh untuk menargetkan pangkalan militer Rusia yang strategis. (Angel Rinella)