Petugas berada di tempat pembuangan akhir di Kampala, Uganda, yang tiba-tiba mengalami longsor. (EPA-EFE)
Willy Haryono • 13 August 2024 06:27
Kampala: Jumlah korban tewas akibat gunungan sampah yang longsor di ibu kota Uganda meningkat menjadi 24 pada hari Senin, di saat tim penyelamat dengan ekskavator terus mencari sisa korban, menurut otoritas kota.
Setidaknya empat anak termasuk di antara mereka yang tewas akibat sampah longsor di tempat pembuangan akhir (TPA) Kiteezi pada hari Jumat lalu, kata polisi kepada wartawan.
Mengutip dari voanews, Selasa, 13 Agustus 2024, runtuhnya TPA tersebut diyakini dipicu hujan deras. Rincian pasti tentang apa yang terjadi tidak jelas, tetapi otoritas kota mengatakan ada "kegagalan struktural pada massa sampah."
Irene Nakasiita, juru bicara Palang Merah Uganda, mengatakan tidak ada harapan untuk menyelamatkan lebih banyak orang dalam keadaan hidup.
Tidak jelas berapa banyak orang yang tidak diketahui keberadaannya. TPA Kiteezi adalah tempat pembuangan sampah yang luas di daerah lereng bukit miskin yang menerima ratusan truk sampah setiap hari. Otoritas kota telah bermaksud untuk menonaktifkannya sejak menyatakannya penuh beberapa tahun lalu.
Ini juga semacam tanah tak bertuan di kota berpenduduk 3 juta orang, menarik bagi wanita dan anak-anak yang mencari sampah plastik yang ingin mereka jual. Yang lain telah membangun rumah permanen di dekatnya.
Presiden Uganda Yoweri Museveni memerintahkan penyelidikan atas bencana tersebut, menanyakan dalam serangkaian posting di platform sosial X, yang sebelumnya bernama Twitter, mengapa orang-orang tinggal di dekat tumpukan sampah yang tidak stabil.
"Siapa yang mengizinkan orang tinggal di dekat tumpukan sampah yang berpotensi membahayakan dan membahayakan seperti itu?" kata Museveni, seraya menambahkan bahwa limbah cair dari lokasi tersebut cukup berbahaya sehingga orang tidak boleh tinggal di sana.
Baca juga: Tumpukan Sampah Longsor di Uganda, Korban Tewas Capai 21 Orang