Pemimpin Takhta Suci Vatikan, Paus Fransiskus. Foto: EFE-EPA
Medcom • 2 September 2024 23:00
Jakarta: Paus Fransiskus akan memulai perjalanan terpanjang, terluas, dan tersulit selama masa kepausannya karena akan ke Asia dan Oseania. Sehingga, ia membawa sekretarisnya untuk menjalankan program ke-4 negara sambil tetap bekerja di negaranya.
“Dalam perjalanannya Paus Fransiskus akan menempuh jarak 32.814 kilometer melalui jalur udara. Berlangsungnya perjalanan tersebut dari tanggal 3-13 September yang melintasi Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura,” laporan Asahi Shimbun, Senin 2 September 2024.
Ini adalah perjalanan luar negeri yang paling panjang dari 44 perjalanan sebelumnya, menjadikannya salah satu perjalanan kepausan terlama yang pernah ada, baik dari segi jumlah hari di perjalanan maupun jarak yang ditempuh.
Pada usia 88 tahun, Paus Fransiskus yang memiliki riwayat masalah pernapasan dan ketergantungan pada kursi roda, ia memiliki keputusan untuk melakukan perjalanan yang panjang ini mencerminkan komitmennya yang teguh terhadap komunitas Katolik global.
Perjalanan ini awalnya dijadwalkan tahun 2020 tetapi ditunda karena pandemi covid-19. Untuk menavigasi rencana perjalanan yang menantang ini. Namun, Paus didampingi oleh tim medis dan delegasi Vatikan seperti biasanya.
Perjalanan ini mencerminkan jangkauan global Yohanes Paulus II yang mengunjungi ke empat destinasi tersebut selama masa kepausannya. Namun kunjungan Fransiskus membawa makna tambahan karena menggarisbawahi semakin pentingnya Asia bagi Gereja Katolik.
Kawasan Asia yang kaya akan beragam budaya dan agama, merupakan titik fokus bagi perubahan Gereja dengan semakin banyaknya umat Katolik yang dibaptis dan panggilan religius.
Sorotan utama perjalanan ini adalah Paus kunjungan Fransiskus ke Indonesia, negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia. Di sini, ia akan menjelajahi “Terowongan Persahabatan” dengan lorong bawah tanah yang menghubungkan Masjid Istiqlal di Jakarta dengan Katedral Katolik.
Tindakan simbolis ini bertujuan untuk mempromosikan dialog antar agama dan toleransi agama. Keterlibatan Paus dengan pemimpin dan tokoh agama Indonesia kemungkinan kana menekankan komitmen konstitusional negara terhadap kebebasan beragama dan perannya sebagai model koeksistensi global.
"Jika kita bisa membangun kolaborasi satu sama lain, hal itu bisa menjadi kekuatan besar bagi bangsa Indonesia," ujar Imam Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar alam sebuah wawancara.