Australia. Foto: Unsplash.
Sydney: Kondisi bisnis Australia membaik pada Februari karena peningkatan penjualan dan keuntungan. Sementara harga ritel melonjak sebagai tanda bahaya seiring dengan perlambatan inflasi. Survei dari National Australia Bank (NAB) menunjukkan indeks kondisi bisnis menjadi 10 sehingga kembali ke atas rata-rata jangka panjang sebesar tujuh.
Indeks kepercayaan dunia usaha yang mudah berubah turun satu poin menjadi nol, dengan sektor ritel menjadi hambatan terbesar karena tingginya suku bunga hipotek dan inflasi di yang membebani pendapatan.
baca juga:
Australia Hadirkan Pembiayaan Rp20,4 Triliun untuk Tingkatkan Investasi di Asia Tenggara
|
Ukuran penjualan bisnis dalam survei ini naik lima poin menjadi 14. Sementara itu profitabilitas naik tiga poin menjadi sembilan. Lapangan kerja bertambah satu poin menjadi enam. Pemanfaatan kapasitas turun menjadi 83,4 persen, dari 83,7 persen.
"Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah ini hanya peningkatan sementara atau awal dari perubahan haluan yang lebih berarti," kata Kepala Ekonom NAB Alan Oster, dilansir
Business Times, Selasa, 12 Maret 2024.
Dia mencatat aktivitas masih kuat di sektor jasa seperti transportasi, rekreasi & layanan pribadi dan keuangan, bisnis & properti, namun lemah di ritel dan konstruksi.
"Tekanan biaya jelas masih tinggi bagi dunia usaha dan tampaknya masih ada ruang bagi perusahaan untuk meneruskan tekanan ini ke harga output,” tambah Oster.
Pertumbuhan biaya pembelian
Pertumbuhan biaya pembelian triwulanan naik 1,8 persen di Februari. Pertumbuhan harga eceran kembali meningkat menjadi 1,4 persen dari 0,9 persen sehingga membatalkan beberapa pelonggaran harga barang yang terjadi pada Desember dan Januari.
"Hasil ini merupakan pengingat yang baik bahwa sebagian besar kemajuan inflasi hingga saat ini didorong oleh perbaikan lingkungan pasokan global dan oleh karena itu, peningkatan tersebut kemungkinan tidak akan terjadi secara linier," kata Oster.
Bank Sentral Australia telah menaikkan suku bunga ke tingkat tertinggi dalam 12 tahun terakhir sebesar 4,35 persen dalam upaya mengendalikan inflasi dan terus memperingatkan kenaikan lagi mungkin diperlukan bahkan ketika perekonomian melambat.