Simposium Kepemimpinan gender yang responsif dalam angkatan bersenjata. Foto: Metrotvnews.com
Fajar Nugraha • 14 December 2024 13:04
Jakarta: Program Pelatihan dan Kerja Sama Militer Kanada (MTCP), bermitra dengan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI hari menyelenggarakan Simposium Kepemimpinan gender yang responsif.
Ini merupakan penutupan kursus Integrasi Perspektif Perempuan dan Gender di dalam Angkatan Bersenjata (IWGPAF) yang diselenggarakan oleh MTCP dan PMPP dari 9 hingga 13 Desember, dengan partisipasi dari Indonesia, Vietnam, Malaysia, dan Filipina.
Simposium ini diisi dengan serangkaian diskusi panel dan pidato utama, termasuk oleh Duta Besar Kanada untuk Indonesia dan Timor-Leste, Jess Dutton dan Duta Besar Kanada untuk ASEAN, Vicky Singmin selain juga perwakilan dari Angkatan Bersenjata Kanada (CAF): Kolonel Scott Raesler dan Letnan Kolonel Melanie Lake.
Simposium ini juga mempertemukan peserta dari kursus IWGPAF; Kepala Perwakilan dan Atase Pertahanan dari negara-negara peserta kursus, dan perwakilan dari lembaga think tank dan masyarakat sipil.
Memanfaatkan momentum kursus IWGPAF, diskusi kritis didorong untuk mengutamakan tentang cara-cara di mana para pemimpin, di semua tingkatan, memiliki potensi untuk mengubah budaya organisasi, berbagi praktik terbaik, dan membantu memajukan agenda Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan di Indonesia dan sekitarnya.
Kemitraan pertahanan bilateral yang kuat dan berkembang antara Kanada dan Indonesia, dengan kolaborasi erat di berbagai bidang seperti pendidikan dan pelatihan juga turut menjadi perhatian. Melibatkan lebih dari 600 anggota TNI yang berpartisipasi dalam MTCP sejak 2008.
Hal ini menegaskan kembali komitmen Kanada terhadap Strategi Indo-Pasifik yang diluncurkan pada 27 November 2022, untuk mempromosikan perdamaian, ketahanan, dan keamanan sekaligus memperkuat hubungan pertahanan kawasan. Strategi tersebut mencakup komitmen sebesar 7,6 juta dolar Kanada atau sekitar Rp85,4 miliar selama lima tahun untuk pelatihan Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan.
Simposium ini juga bertujuan untuk meningkatkan dan mendiversifikasi kehadiran militer Kanada di kawasan tersebut.
“Kepemimpinan yang responsif gender menempatkan tanggung jawab pada para pemimpin di semua tingkatan untuk memulai dan mempertahankan perubahan organisasi menuju kesetaraan gender. Namun, agar dapat berhasil, hal ini harus melampaui sekadar kepemimpinan dalam suatu organisasi," ujar Duta Besar Kanada untuk Indonesia, Jess Dutton, di Jakarta, Sabtu 14 Desember 2024.
"Setiap orang bisa dan harus mengadvokasi perubahan, karena kesetaraan dan inklusivitas gender tidak hanya baik bagi perempuan tetapi juga baik bagi masyarakat secara keseluruhan," imbuh Dubes Dutton.
“Kanada berkomitmen memajukan agenda Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan serta kesetaraan gender untuk memungkinkan partisipasi dan kepemimpinan perempuan yang bermakna dalam perdamaian, keamanan, dan stabilitas internasional," ujar Dubes Dutton.
Kolonel Stewart Taylor, Atase Pertahanan Kanada mengatakan, Kanada berkomitmen memajukan agenda Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan serta kesetaraan gender untuk memungkinkan partisipasi dan kepemimpinan perempuan yang bermakna dalam perdamaian, keamanan, dan stabilitas internasional. Kursus Integrasi Perspektif Perempuan dan Gender dalam Angkatan Bersenjata, yang diselenggarakan oleh Program Pelatihan dan Kerja Sama Militer Kanada bekerja sama dengan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Angkatan Bersenjata Nasional Indonesia merupakan bukti komitmen Angkatan Bersenjata Kanada dalam mempromosikan Perempuan, Perdamaian, dan Masyarakat di bawah Strategi Indo Pasifik bekerja sama dengan para mitra di kawasan yang beragam dan dinamis ini.
Sementara Kolonel Scott Raesler, Asisten Kepala Staf – Pelatihan di Markas Besar Divisi Kanada ke-3 menambahkan bahwa di dalam militer, seperti di institusi mana pun, kepemimpinan bukan hanya tentang strategi dan taktik. Kepemimpinan juga tentang menciptakan lingkungantempat individu - tanpa memandang jenis kelamin - dapat berkembang, memberikan kontribusi terbaik mereka, dan melayani misi dengan integritas.
"Kepemimpinan yang bertanggung jawab terhadap gender bukanlah masalah keadilan. Kepemimpinan merupakan keharusan strategis untuk keberhasilan militer modern. Saya menghargai pembelajaran bersama minggu ini dan saya yakin bahwa semua laki-laki dan perempuan yang bekerja sama dengan kami, akan terus menjadi pemimpin yang responsif terhadap gender di masa depan dalam operasi pemeliharaan perdamaian yang sangat dibutuhkan dunia," sebut Kolonel Raesler.
Letnan Kolonel Melanie Lake, Petugas Penghubung Angkatan Bersenjata Kanada untuk Duta Besar Kanada untuk Perempuan, Perdamaian dan Keamanan mengatakan, "Tantangan yang kita hadapi saat ini - mulai dari ancaman keamanan yang timbul hingga ketidakstabilan ekonomi, teknologi baru yang mengganggu hingga perubahan iklim terlalu rumit untuk solusi yang terfragmentasi".
"Tantangan tersebut menuntut beragamsuara dan lingkungan di mana keputusan dibuat dengan mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda. Ini berarti meminta meja yang lebih besar, dengan lebih banyak kursi dan mengundang lebih banyak orang untuk memengaruhi keputusan. Kepemimpinan yang responsif gender adalah fondasi tempat kita membangun lembagayang lebih kuat dan masyarakat yang lebih tangguh. Budaya yang inklusif dan penghapusan hambatan membuka spektrum penuh potensi kita, sehingga meningkatkan kemampuan kolektif kita untuk mengatasitantangan global yang paling kompleks," kata Letnal Kolonel Lake.
Kegiatan yang dilakukan untuk mendukung Strategi Indo-Pasifik akan membantu membangun kepercayaan dan kemitraan militer, sekaligus mempromosikan perdamaian dan stabilitas. Kontribusi Angkatan Bersenjata Kanada (CAF) menunjukkan komitmen berkelanjutan terhadap Indo-Pasifik dan meningkatkan peran Kanada sebagai mitra.
Sedangkan Kursus Integrasi Perspektif Perempuan dan Gender dalam Angkatan Bersenjata, yang diselenggarakan oleh Program Pelatihan dan Kerja Sama Militer Kanada bekerja sama dengan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Angkatan Bersenjata Nasional Indonesia merupakan bukti komitmen Angkatan Bersenjata Kanada dalam mempromosikan Perempuan, Perdamaian, dan Masyarakat di bawah strategi kerja sama Indo Pasifik.