Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti. Foto: dok BPS.
Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 115,22 pada Agustus 2023 menjadi 115,44 di September 2023. Dengan kata lain, pada bulan kesembilan tahun ini terjadi inflasi 0,19 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 0,02 persen (month to month/mtm).
"Tingkat inflasi bulanan September 2023 lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang mengalami deflasi, namun masih lebih rendah dari September tahun lalu yang tercatat inflasi 1,17% (mtm)," ujar Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin, 2 Oktober 2023.
Angka inflasi bulanan tersebut diperoleh BPS dari hasil pemantauan di 90 kota IHK. Tercatat sebanyak 73 kota IHK mengalam inflasi, sementara 17 kota IHK lainnya mengalami deflasi.
Kenaikan inflasi tersebut utamanya didorong oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi 0,35 persen (mtm) dan memberikan andil 0,09 persen (mtm) terhadap inflasi umum.
Komoditas yang dominan menyumbang inflasi pada kelompok tersebut ialah beras. Data BPS menunjukkan komoditas itu memberikan andil terhadap inflasi umum sebesar 0,18 persen (mtm).
"Komoditas penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah beras dengan andil 0,18 persen (mtm), bensin dengan andil inflasi 0,6 persen (mtm) sejalan dengan adanya penyesuaian," terang Amalia.
Baca juga: BI Optimistis Inflasi Bakal Sesuai Target Sasaran
Seluruh komponen alami inflasi
BPS turut melaporkan seluruh komponen mengalami inflasi pada September 2023. Komponen harga bergejolak, misalnya, mencatatkan inflasi 0,37 persen (mtm). Andil komponen tersebut terhadap inflasi umum ialah sebesar 0,07 persen (mtm).
Amalia mengatakan, komoditas yang dominan memengaruhi inflasi komponen harga bergejolak ialah beras dan daging sapi. Sementara, komponen harga diatur pemerintah mencatatkan inflasi 0,23 persen dengan andil 0,04 persen terhadap inflasi umum.
"Penyumbang utama inflasi komponen harga diatur pemerintah pada September 2023 secara bulanan adalah bensin dan rokok kretek filter," terang dia.
Sedangkan komponen inti tercatat mengalami
inflasi sebesar 0,12 persen (mtm) dan memberikan andil 0,08 persen (mtm) terhadap inflasi umum. Komoditas yang dominan menyumbang inflasi dari komponen itu ialah tarif pulsa ponsel dan biaya akademi atau perguruan tinggi.
Kondisi bulanan tersebut membawa tingkat inflasi tahunan (
year on year/yoy) pada September 2023 ke level 2,28 persen. Angka tersebut lebih rendah dari tingkat inflasi di Agustus 2023 dan September 2022 yang masing-masing 3,27 persen (yoy) dan 5,95 persen (yoy).
"Tekanan inflasi turunan menurun signifikan pada September 2023," tutur Amalia.
Namun, makanan, minuman, dan tembakau menjadi kelompok pengeluaran yang mendominasi tingkat inflasi umum secara tahunan pada September 2023. BPS mencatat kelompok tersebut mengalami inflasi 4,17 persen (yoy) dan memberikan andil 1,08 persen (yoy).
Beras dan rokok kretek filter menjadi dua komoditas utama penyumbang inflasi di kelompok pengeluaran tersebut. Keduanya masing-masing memberikan andil sebesar 0,55 persen (yoy) dan 0,19 persen (yoy) terhadap inflasi umum tahunan.
(M ILHAM RAMADHAN)