Salah satu hiu paus yang berada di Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Nabire, Papua Tengah. ANTARA/HO-Balai Besar Taman Nasional Teluk Cendrawasih
Mataram: Kali pertama, bayi hiu paus ditemukan di Teluk Saleh, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Temuan ini membuka potensi Teluk Saleh menjadi salah satu kandidat terkuat menjadi tempat pengasuhan anak hiu paus.
Mengutip Jurnal Diversity, para peneliti mengonfirmasi penemuan bayi hiu paus di alam liar itu dengan ukuran sekitar 135-145 sentimeter. Para peneliti menjelaskan bahwa sekitar Agustus-September 2024, para nelayan lokal melihat kemunculan hiu paus kecil sedikitnya lima kali.
Pimpinan tim First Evidence of Neonatal Whale Sharks in Saleh Bay, Ismail Syakurachman, menyoroti kekuatan peran para nelayan lokal dalam riset konservasi modern berbasis masyarakat yang dilakukan para peneliti.
Sementara itu, Focal Species Conservation Senior Manager di Konservasi Indonesia, Mochamad Iqbal Herwata Putra, mengatakan belum ada lokasi melahirkan hiu paus yang terkonfirmasi secara ilmiah di dunia. Penemuan ini dinilai akan membuka peluang terungkapnya lokasi hiu paus melahirkan.
Menandai kemajuan riset hiu paus global
Ilmuwan bidang konservasi dari Elasmobranch Institute Indonesia Edy Setyawan menilai penemuan bayi hiu paus berusia sekitar empat bulan di Teluk Saleh menandai kemajuan yang sangat signifikan dalam riset hiu paus global.
"Catatan bayi hiu paus sangat langka di seluruh dunia dan setiap pengamatan baru memperkuat basis data global. Temuan itu memberikan wawasan krusial tentang di mana dan bagaimana hiu paus memulai kehidupan," ujar Edy dikutip dari
Antara, Rabu, 17 Desember 2025.
Secara ilmiah, kata Edy, Teluk Saleh saat ini masih berada dalam status
strong potential pupping ground dan belum dapat disebut lokasi kelahiran yang terkonfirmasi secara penuh. Beberapa bukti kuat masih dibutuhkan oleh para ilmuwan untuk memastikan bahwa perairan Teluk Saleh sebagai tempat kelahiran bagi bayi hiu paus.
Pada Agustus 2024, nelayan yang mengoperasikan kapal penangkap ikan jaring angkat atau bagan di Teluk Saleh bagian timur sempat melaporkan lima penampakan terpisah seekor hiu paus kecil yang diperkirakan berukuran 1,2 sampai 1,5 meter.
Sebulan kemudian, pada 6 September 2024, seekor anak hiu paus berukuran sekitar 135 sampai 145 sentimeter secara tidak sengaja tertangkap jaring nelayan bagan. Bayi hiu paus tersebut sempat berada di dalam kotak styrofoam berisi air laut yang memungkinkan nelayan melakukan estimasi ukuran tubuh secara presisi menggunakan analisis visual berbasis objek pembanding.
Seekor anak hiu paus tertangkap secara tidak sengaja oleh para nelayan bagan di Teluk Saleh, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. ANTARA/HO-Hamzah Daeng Ambo
Penemuan tersebut merupakan catatan pertama bayi hiu paus di Indonesia, dan termasuk di antara individu berenang bebas terkecil yang pernah didokumentasikan secara global.
Ilmuwan memandang perairan Teluk Saleh mungkin berfungsi sebagai area tempat melahirkan dan pembibitan awal bagi hiu paus. Temuan itu menyoroti signifikansi ekologis Teluk Saleh untuk tahap awal kehidupan hiu paus dan menggarisbawahi pentingnya pemantauan kolaboratif dan sains warga yang melibatkan nelayan bagan dalam memajukan penelitian dan konservasi bagi spesies yang terancam punah tersebut.
Konservasi Indonesia (KI) bersama para mitra tengah bekerja sama dengan otoritas pemerintah untuk membentuk kawasan konservasi perairan atau
Marine Protected Area (MPA) berbasis hiu paus pertama di Indonesia, yakni di kawasan Teluk Saleh.
Focal Species Conservation Senior Manager KI Mochamad Iqbal Herwata Putra mengatakan temuan bayi hiu paus berpotensi meningkatkan status kawasan penting Teluk Saleh menjadi lebih tinggi dan menjadikannya sebagai dasar ilmiah yang lebih kuat untuk perlindungan resmi.
Bayi hiu paus menghadapi risiko yang nyata seperti jerat jaring nelayan, penurunan kualitas air akibat aktivitas pesisir, serta peningkatan lalu lintas kapal dapat menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup mereka di Teluk Saleh.
Iqbal menilai tingkat kelangsungan hidup pada fase awal tersebut sangat menentukan masa depan populasi hiu paus secara global. KI berencana melakukan pemantauan lanjutan untuk mengonfirmasi bayi dan anakan hiu paus secara reguler bukan kebetulan.
Selain itu, memperluas sistem pelaporan berbasis masyarakat, serta memajukan rencana pembentukan MPA berbasis hiu paus yang melindungi spesies itu, sekaligus memperkuat konservasi berbasis komunitas.