Pesawat jet tempur F-18 milik Angkatan Udara AS. (Anadolu Agency)
Muhammad Reyhansyah • 10 December 2025 16:21
Washington: Penerbangan dua pesawat jet tempur F/A-18 milik Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) di atas Teluk Venezuela pada Selasa, 9 Desember 2025, menjadi manuver tercatat paling dekat dengan wilayah udara Venezuela sejak pemerintahan Donald Trump melancarkan kampanye tekanan terhadap Caracas.
Data situs pelacakan publik menunjukkan kedua jet melintas selama lebih dari 30 menit di perairan internasional yang memisahkan wilayah Venezuela, dengan lebar mencapai sekitar 150 mil di titik terluas.
Seorang pejabat pertahanan AS, yang tidak disebutkan namanya karena sensitivitas operasi, mengatakan penerbangan tersebut merupakan latihan rutin dan menegaskan pesawat tetap berada di wilayah udara internasional. Ia tidak memastikan apakah jet membawa persenjataan, tetapi menyebut misi itu sejalan dengan demonstrasi jangkauan udara AS sebelumnya dan “tidak dimaksudkan sebagai provokasi.”
Sebelumnya, AS pernah mengerahkan pembom B-52 Stratofortress dan B-1 Lancer ke kawasan tersebut, namun pesawat-pesawat itu hanya terbang mendekati garis pantai Venezuela tanpa melintas sedekat manuver F/A-18 kali ini.
Peningkatan Kehadiran Militer AS
Dilaporkan The Independent, Rabu, 10 Desember 2025, penerbangan F/A-18 ini merupakan bagian dari peningkatan kehadiran militer AS terbesar dalam beberapa dekade di kawasan Karibia dan Amerika Latin. Dalam beberapa bulan terakhir, militer AS melancarkan serangkaian serangan mematikan terhadap kapal-kapal yang diduga terlibat penyelundupan narkoba di Laut Karibia dan Samudra Pasifik Timur.
Presiden Donald Trump menyatakan serangan darat akan segera dilakukan namun tidak memberikan rincian lokasi. Presiden Venezuela Nicolás Maduro menuduh operasi-operasi tersebut bertujuan menyingkirkannya dari kekuasaan, sementara Washington menegaskan langkah itu ditujukan untuk menekan jaringan kartel narkoba.
Flightradar24 melaporkan bahwa penerbangan F/A-18 tersebut menjadi penerbangan yang paling banyak dipantau publik pada saat itu. Venezuela mengklaim Teluk Venezuela sebagai wilayah nasional, meski klaim tersebut lama diperdebatkan oleh pakar hukum dan militer AS.
Tekanan Politik di Washington
Pemerintahan Trump saat ini menghadapi tekanan politik dari para legislator terkait kampanye serangan terhadap kapal penyelundup, yang telah menewaskan sedikitnya 87 orang dalam 22 serangan sejak awal September. Beberapa serangan lanjutan juga menewaskan korban yang sebelumnya masih bertahan di reruntuhan kapal.
Anggota parlemen menuntut rekaman video tanpa penyuntingan dari operasi tersebut. Namun Menteri Pertahanan Pete Hegseth mengatakan kepada pimpinan Kongres bahwa dirinya masih mempertimbangkan kemungkinan merilis rekaman itu. Ia memberikan pengarahan tertutup bersama Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan pejabat keamanan nasional lainnya.
Pada hari yang sama, Laksamana Alvin Holsey, yang akan pensiun dari Komando Selatan AS, mengadakan pertemuan terpisah dengan ketua Komite Angkatan Bersenjata Senat dari Partai Republik dan anggota senior Demokrat.
Trump sebelumnya menegaskan bahwa operasi militer tersebut merupakan eskalasi yang diperlukan untuk menghentikan aliran narkoba ke AS dan menyebut negara itu sedang berada dalam “konflik bersenjata” melawan kartel narkoba.
Baca juga:
Kuba Tuduh AS Siapkan Agresi Militer untuk Gulingkan Maduro