BMKG: Potensi Hujan Lebat Bergeser ke Wilayah Tengah dan Timur Indonesia

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati/BPMI Setpres

BMKG: Potensi Hujan Lebat Bergeser ke Wilayah Tengah dan Timur Indonesia

Ihfa Firdausya • 9 July 2025 11:37

Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan sejumlah wilayah berpotensi mengalami hujan lebat. Potensi tersebut terjadi di Indonesia bagian tengah dan timur. 

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan potensi hujan ini diperkirakan akan bergeser ke wilayah tengah dan timur Indonesia pada periode 10 hingga 12 Juli 2025. Hal itu seiring dengan pergeseran gangguan atmosfer dan distribusi kelembapan tropis.

Ia juga menyampaikan hujan akan terus turun di musim kemarau. “Kondisi curah hujan di atas normal akan terus berlangsung di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025,” kata Dwikorita saat dikutip dari Media Indonesia, Rabu, 9 Juli 2025.

Beberapa wilayah yang perlu mewaspadai hujan lebat ialah sebagian Pulau Jawa bagian barat dan tengah (terutama Jabodetabek), Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Maluku, dan Papua. Wilayah tersebut sudah terkonfirmasi terjadi hujan intensitas lebat, sangat lebat, hingga ekstrem dalam beberapa hari terakhir.

Dwikorita menjelaskan, melemahnya Monsun Australia yang berasosiasi dengan musim kemarau turut menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat. Hal itu berkontribusi terhadap terjadinya anomali curah hujan.

Ia menyampaikan, dinamika atmosfer yang tidak lazim telah menyebabkan mundurnya musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia. Hingga akhir Juni 2025, baru sekitar 30 wilayah zona musim yang mengalami peralihan ke musim kemarau.
 

Baca juga: 

BNPB Melanjutkan Operasi Modifikasi Cuaca


Padahal, secara klimatologis biasanya sekitar 64 persen wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau.

Dwikorita menerangkan, kemunduran musim kemarau tahun ini merupakan dampak dari lemahnya Monsun Australia dan tingginya suhu muka laut di selatan Indonesia. Kedua faktor ini menyebabkan tingginya kelembapan udara yang memicu terbentuknya awan hujan, bahkan di tengah periode yang seharusnya kering.

Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyebut pihaknya terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BPBD, operator transportasi, dan pihak lain sebagai tindak lanjut atas kondisi ini. Demikian pula kerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC).

“Operasi Modifikasi Cuaca di DKI Jakarta dan Jawa Barat dilaksanakan sampai tanggal 11 (Juli). Kami akan lihat perkembangan cuacanya. Kami terus berkoordinasi dengan pemda dan BNPB sebagai pihak yang menyediakan anggaran,” kata Tri Handoko.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Anggi Tondi)