Hari Kartini Momentum Bangun Ketangguhan Perempuan dan Anak di Era Digital

Mantan Komisioner KPAI Erlinda. Foto: Dok Medcom.id

Hari Kartini Momentum Bangun Ketangguhan Perempuan dan Anak di Era Digital

Arga Sumantri • 22 April 2025 21:41

Jakarta: Pemerhati anak dan keluarga Erlinda mengatakan memperingati Hari Kartini tidak cukup mengenang perjuangan seorang tokoh emansipasi. Tetapi, harus menjadi energi kolektif untuk menyiapkan perempuan Indonesia, terutama generasi muda dan ibu, agar tangguh, berdaya, dan mampu menjadi garda depan perubahan di era digital.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) periode 2014-2017 itu menyebut peringatan Hari Kartini tahun ini sangat relevan dengan tantangan zaman. Perempuan dan anak dihadapkan pada tsunami informasi, digitalisasi masif, serta ancaman baru dalam bentuk kekerasan daring dan tekanan sosial.

"Perempuan bukan hanya subjek pembangunan, tetapi arsitek utama masa depan bangsa. Ketangguhan mereka dimulai dari ketangguhan sebagai ibu, pendidik, dan pelindung anak. Keluarga adalah benteng utama yang harus diperkuat," tegas Erlinda dalam keterangannya, Selasa, 22 April 2025. 

Tema nasional peringatan Hari Kartini tahun ini yaitu Mewujudkan Asta Cita dengan Menghadirkan 1.000 Profesi Perempuan dan Gen Z. Tema ini dinilai sangat strategis dalam membuka ruang aktualisasi dan menghilangkan sekat peran gender. 

Namun, Erlinda juga menyoroti pentingnya penguatan literasi digital dan karakter anak sejak dini. Hal ini penting agar generasi perempuan dan Gen Z tidak hanya berdaya, tetapi juga bijak dan terlindungi.
 

Baca juga: Kompak Kenakan Kebaya, Ratusan Perempuan Ikuti Upacara Hari Kartini

Tantangan dan Tanggung Jawab Kolektif

Erlinda menyebutkan ada beberapa tantangan nyata yang dihadapi perempuan masa kini. Antara lain, ketimpangan akses terhadap teknologi di daerah 3T, kekerasan seksual dan perundungan daring yang masih tinggi, kurangnya kebijakan perlindungan anak dan perempuan berbasis data real time, hingga keterbatasan peran ibu dalam mendampingi anak di era gawai.

Erlinda menilai pemerintah perlu menghadirkan program 'Sekolah Orang Tua Digital' sebagai sarana edukasi dan pendampingan. Selain itu, keluarga perlu dijadikan subjek utama dalam program pengasuhan berbasis nilai dan kearifan lokal. Tak kalah penting, katga dia, unia pendidikan wajib memiliki kurikulum karakter yang menekankan pada penguatan identitas dan kontrol diri di tengah banjir informasi.

"Kalau dulu Kartini menulis dengan pena untuk menyuarakan emansipasi, kini anak-anak kita ‘menulis’ lewat media sosial setiap hari. Maka, kita harus pastikan tulisan mereka adalah narasi perubahan, bukan luka," ujar praktisi pendidikan itu.

Erlinda mengajak perempuan muda dan generasi Z untuk tidak takut mengambil peran melampaui batasan stereotip. Selain itu, terus belajar dengan semangat gotong royong dan nilai luhur bangsa.

"Jadilah Kartini masa kini. Cerdas tanpa mencela, bebas tanpa kehilangan arah, kuat tanpa melupakan kasih. Karena Indonesia maju hanya bisa terwujud jika perempuannya tangguh dan anak-anaknya terlindungi," ungkapnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arga Sumantri)