Foto Kota Miyazaki di Jepang diambil dari udara. Foto: Kyodo News
Fajar Nugraha • 1 April 2025 08:14
Tokyo: Hingga 298.000 orang di Jepang bisa meninggal akibat gempa besar yang terjadi di Palung Nankai, menurut perkiraan yang direvisi oleh satuan tugas gempa pemerintah pada 31 Maret 2025. Saat ini dilakukan upaya untuk mengurangi kerusakan yang mengurangi jumlah tersebut sekitar 10 persen dari perkiraan sebelumnya pada tahun 2012.
Namun, pengurangan tersebut masih jauh dari target pengurangan kematian sekitar 80 persen yang ditetapkan dalam rencana dasar pemerintah tahun 2014 untuk pencegahan bencana, yang menyoroti perlunya revisi besar dalam strategi evakuasi dan perbaikan infrastruktur.
Dalam laporan terbarunya, satuan tugas memproyeksikan jumlah pengungsi akan meningkat dari perkiraan sebelumnya pada tahun 2012 sebesar 9,5 juta menjadi 12,3 juta, setara dengan sekitar 10 persen dari populasi Jepang.
Sebanyak 764 kota di 31 dari 47 prefektur Jepang akan mengalami guncangan dengan skala paling rendah 6 pada skala intensitas seismik Jepang sebesar 7, atau gelombang tsunami setinggi paling rendah 3m.
Meskipun kerugian ekonomi diproyeksikan mencapai 270 triliun yen, meningkat dari perkiraan sebelumnya sebesar 214 triliun yen. Adapun jumlah maksimum bangunan yang diperkirakan akan hancur total sedikit berkurang menjadi 2,35 juta karena adanya perbaikan dalam perbaikan seismik perumahan.
“Menurut laporan tersebut, 215.000 dari 298.000 kematian yang diproyeksikan akan disebabkan oleh tsunami, berdasarkan asumsi bahwa hanya 20 persen orang yang akan segera mengungsi,” sebut satgas Jepang, dikutip dari Kyodo News, Selasa 1 April 2025.
Meningkatkan tingkat evakuasi menjadi 70 persen dapat mengurangi jumlah korban tewas akibat tsunami menjadi 94.000, yang menggarisbawahi pentingnya evakuasi yang cepat.
“Daerah yang diperkirakan akan mengalami banjir setinggi 30 cm meningkat 30 persen dari perkiraan sebelumnya karena adanya kemajuan dalam analisis data topografi,” imbuh laporan itu.