Teknologi Susu Fortifikasi Dinilai Solusi untuk Tumbuh Kembang Anak

Ilustrasi bayi lahir. Medcom.id

Teknologi Susu Fortifikasi Dinilai Solusi untuk Tumbuh Kembang Anak

Achmad Zulfikar Fazli • 5 June 2025 22:13

Jakarta: Di tengah tantangan gizi anak yang masih kompleks di Indonesia, mulai dari stunting hingga defisiensi zat besi, inovasi teknologi pada produk susu fortifikasi dinilai menjadi harapan baru. Tak hanya menawarkan manfaat nutrisi lengkap, produk ini memiliki prinsip halal dan thayyib, sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat Indonesia.

Dokter spesialis penyakit dalam dr. Sukiman Rusli, menjelaskan susu fortifikasi kini semakin canggih berkat kemajuan teknologi yang memungkinkan formulasi nutrisi menyerupai komposisi air susu ibu (ASI).

“Salah satu kemajuan teknologi terbaru adalah pengembangan Iron C, bentuk zat besi yang lebih mudah diserap oleh tubuh terutama bila dikombinasikan dengan vitamin C,” ujar dr. Sukiman, dalam keterangannya, Kamis, 5 Juni 2025.

Lebih dari sekadar produk bernutrisi, susu fortifikasi harus memenuhi dua prinsip utama, halal dan thayyib. Halal berarti diperoleh melalui proses yang sah secara syariah, sedangkan thayyib berarti baik dan aman dikonsumsi serta memberikan manfaat bagi tubuh.

“Inilah yang harus dipahami para orang tua. Jangan hanya melihat harga atau rasa, tapi perhatikan juga komposisi dan legalitas produknya. Susu fortifikasi dengan kandungan zat besi, vitamin, dan mineral lengkap bisa menjadi pendukung tumbuh kembang anak, apalagi jika didampingi pola makan bergizi dan gaya hidup sehat,” ujar dr. Sukiman.
 

Baca Juga: 

Kemenkes: Hampir Seperempat Balita Kita Mengalami Anemia


Zat besi merupakan mikronutrien esensial yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak. Kekurangannya dapat menyebabkan anemia, kelelahan, serta gangguan perkembangan kognitif dan motorik. Namun, data global menunjukkan lebih dari 50 persen anak di dunia kekurangan setidaknya satu mikronutrien penting, termasuk zat besi.

Anggota Divisi Pelayanan Kesehatan, Majelis Kesehatan PP 'Aisyiyah, Dr. dr. Merita Arini, menambahkan persoalan gizi di Indonesia tidak hanya soal kemiskinan. Misalnya, stunting yang tak hanya ditemukan di keluarga prasejahtera. Banyak juga keluarga mampu yang anaknya mengalami stunting karena kurang pengetahuan tentang nutrisi, pola asuh, dan pentingnya zat gizi mikro seperti zat besi.

Melalui berbagai program seperti Rumah Gizi, Kebun Komunitas, hingga edukasi di sekolah dan Posyandu, Aisyiyah aktif memberikan pendampingan kepada masyarakat untuk memahami pentingnya pemenuhan gizi seimbang. Salah satu hal yang terus dikampanyekan adalah meluruskan miskonsepsi soal susu.

“Susu kental manis bukanlah susu. Itu lebih cocok disebut minuman manis berperisa susu. Kandungan gulanya sangat tinggi dan nyaris tidak punya nilai gizi signifikan bagi anak,” tegas dr. Merita.

Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat dan dukungan dari organisasi lintas sektor, termasuk tokoh agama, pemerintah, dan akademisi, diharapkan susu fortifikasi bisa menjadi bagian dari strategi nasional untuk menciptakan generasi sehat, cerdas, dan unggul menuju Indonesia Emas 2045.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Achmad Zulfikar Fazli)