Optimisme Konsumen Meningkat tapi Masih Hati-hati

Head of Cards and Payment UOB Indonesia Herman Soesetyo. Foto: Metrotvnews.com/Eko Nordiansyah

Optimisme Konsumen Meningkat tapi Masih Hati-hati

Eko Nordiansyah • 3 December 2025 14:58

Jakarta: UOB Indonesia melalui hasil survei ACSS 2025 mencatat optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan masa depan meningkat tiga poin menjadi berada di level 59, meski Indeks Sentimen Konsumen secara keseluruhan menurun.

Menurut ASEAN Consumer Sentiment Study (ACSS) 2025, Indeks Sentimen Konsumen di Indonesia turun dari 58 pada 2024 menjadi 55 pada tahun ini, mencerminkan optimisme yang tetap waspada di tengah tekanan biaya yang masih berlangsung.

“Jika dilihat, ya, ada kekhawatiran. Tapi bukan berarti gloomy atau kondisinya kurang bagus. Kita memandang konsumen melihat semuanya itu positif. Tentunya mereka menyikapi kondisi saat ini dengan berbagai strategi,” kata Head of Cards and Payment UOB Indonesia Herman Soesetyo dalam “UOB Media Editors Circle” di Jakarta dilansir dari Antara, Rabu, 3 Desember 2025.

Indeks Sentimen Konsumen ASEAN UOB dirancang untuk mengukur tingkat kepercayaan konsumen di pasar-pasar utama ASEAN. Selain mencerminkan persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan masa depan (makro), indeks ini juga merangkum kondisi keuangan pribadi responden (mikro).

Pada tingkat mikro, yang mencakup empat indikator utama, indeks secara rata-rata turun enam poin menjadi 53 poin dibandingkan tahun lalu. Skor pada tingkat mikro ini menggambarkan peningkatan kekhawatiran untuk pendapatan dan komitmen keuangan serta lebih sedikit konsumen yang memperkirakan perbaikan keuangan pada tahun depan.

Adapun survei ACSS 2025 dilaksanakan di Indonesia pada Mei dan Juni 2025. Survei ini menangkap respon dari 1.000 konsumen dari berbagai kelompok demografis dengan responden berusia 18 hingga 65 tahun.
 



(Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com)

Dampak inflasi dan perilaku belanja

Survei yang sama juga mengungkap beberapa aspek lainnya, termasuk mengenai dampak inflasi dan perilaku belanja.

Sebanyak 59 persen responden merasa inflasi berdampak negatif pada daya beli rumah tangga mereka, sehingga mendorong mereka untuk memprioritaskan kebutuhan pokok dan lebih selektif terhadap barang-barang opsional.

Hal ini terlihat dari perubahan terbesar dalam kebiasaan belanja konsumen selama setahun terakhir. Sebanyak 49 persen responden membeli produk saat diskon dan 43 persen membeli produk multifungsi untuk memaksimalkan nilai.

Selain pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan dan kebugaran (45 persen) serta biaya hidup sehari-hari (44 persen), konsumen juga tetap melakukan pengeluaran pada kategori gaya hidup dan pengalaman (32 persen).

Pengeluaran untuk gaya hidup dan pengalaman ini dinilai esensial bagi konsumen Indonesia, terutama bagi kalangan Generasi Z (18-26 tahun) dengan persentase responden mencapai 85 persen.

Dari sisi kesadaran atau literasi keuangan, sebanyak tiga dari empat responden atau 75 persen responden mengalokasikan lebih dari 10 persen dari pendapatan bulanan mereka untuk menabung.

Sekitar sembilan dari 10 orang atau 88 persen responden memiliki dana darurat, dengan 31 persen di antaranya menyatakan memiliki dana darurat yang cukup untuk menutupi pengeluaran setidaknya selama tujuh bulan.

Sementara dari sisi pembayaran, dompet elektronik (e-wallet), pemindaian QR untuk membayar, dan aplikasi mobile banking merupakan metode pembayaran yang paling disukai konsumen Indonesia.

Meningkatnya penggunaan pembayaran digital mendukung penguatan kebiasaan finansial, memungkinkan masyarakat Indonesia untuk memantau dan mengelola pengeluaran harian mereka secara lebih efektif.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Eko Nordiansyah)