Wisata Alam Gunung Kawi Tawarkan Suasana Healing Tipis-Tipis

Area Pesarean Gunung Kawi. Instagram @pesareangunungkawi

Wisata Alam Gunung Kawi Tawarkan Suasana Healing Tipis-Tipis

Whisnu Mardiansyah • 23 December 2025 12:40

Malang: Bukan sekadar gunung biasa, Gunung Kawi memadukan jejak spiritualitas, tapak sejarah panjang, dan ketenangan alam pegunungan. Terletak di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, destinasi ini telah lama menjadi magnet ribuan peziarah dan wisatawan setiap tahunnya.

Gunung Kawi menunjukkan bagaimana sebuah tempat dapat menyimpan daya pikat abadi, bukan dengan wahana modern, melainkan melalui kekuatan cerita, keyakinan yang dalam, dan panorama alam yang menyejukkan.

Pesarean Gunung Kawi

Inti dari daya tarik Gunung Kawi terletak pada Pesarean Gunung Kawi, kompleks pemakaman dua tokoh penting abad ke-19. Mereka adalah Kanjeng Kyai Zakaria II (Eyang Jugo), seorang figur religius, dan Raden Mas Imam Soedjono, bangsawan sekaligus pejuang dalam perlawanan terhadap kolonial Belanda.

Eyang Jugo dikenal sebagai penyebar ajaran kebajikan dan spiritualitas Jawa. Makamnya menjadi tujuan ziarah yang menarik masyarakat dari beragam latar belakang, tidak hanya umat Islam tetapi juga peziarah dari komunitas Tionghoa dan penganut kepercayaan lokal. Fenomena ini menjadikan Gunung Kawi simbol nyata akulturasi dan toleransi.

Keunikan ini terlihat jelas pada lanskap kawasannya. Masjid, klenteng, dan bangunan ritual lainnya berdiri berdampingan tanpa sekat, merefleksikan toleransi yang tumbuh alami selama puluhan tahun.
 


Nama Gunung Kawi kerap dikaitkan dengan narasi mistis dan cerita pesugihan dalam cerita rakyat. Namun, dalam konteks pariwisata budaya, fenomena tersebut lebih tepat dipahami sebagai bagian dari konstruksi sosial budaya yang hidup di masyarakat.

Sebagian besar pengunjung datang dengan niat ziarah, refleksi diri, dan mencari ketenangan batin. Pengelola kawasan secara tegas menempatkan Gunung Kawi sebagai tujuan wisata religi dan tempat ibadah, bukan lokasi untuk praktik mistis. Pendekatan ini menjaga kesakralan tempat sekaligus membukanya untuk dikunjungi wisatawan umum.

Di luar nilai spiritual dan sejarahnya, Gunung Kawi menawarkan pesona alam pegunungan yang memikat. Berada di ketinggian lebih dari 2.500 meter di atas permukaan laut, udara di sini sejuk dan segar. Pepohonan rindang, kabut pagi, serta kontur perbukitan menciptakan latar alam yang menenangkan.

Wisatawan dapat menikmati suasana dengan berjalan santai menyusuri jalur setapak, beristirahat di area terbuka yang menghadap lembah, atau sekadar menghirup udara segar. Banyak pengunjung memilih datang pada pagi atau sore hari untuk merasakan suasana paling nyaman dan mendapatkan pencahayaan terbaik untuk mengabadikan momen.


Perayaan 1 Selo Haul Eyang Djoego di Gunung Kawi. Instagram @pesareangunungkawi

Akses Menuju Gunung Kawi

Destinasi ini relatif mudah dijangkau dari pusat Kota Malang dengan jarak tempuh sekitar 25–30 kilometer.

  • Kendaraan Pribadi: Perjalanan ditempuh melalui rute Malang–Kepanjen–Wonosari. Jalan menuju lokasi sudah beraspal dan terdapat penunjuk arah. Area parkir tersedia untuk roda dua dan empat.

  • Transportasi Umum: Dari Kota Malang, naik angkutan umum atau bus menuju Terminal Kepanjen. Dari sana, perjalanan dilanjutkan dengan angkutan desa atau ojek menuju Desa Wonosari.

  • Kereta Api: Bagi wisatawan luar kota, pilihan praktis adalah menuju Stasiun Malang atau Stasiun Kepanjen, lalu melanjutkan perjalanan darat ke lokasi.

Sebagai kawasan wisata religi, pengunjung diimbau menjaga etika dengan berpakaian sopan dan tertutup, bersikap tenang, serta menghormati prosesi ibadah yang berlangsung. Dengan menghargai kekhidmatan tempat ini, pengalaman mengunjungi Gunung Kawi akan menjadi perjalanan batin, sejarah, dan alam yang meninggalkan kesan mendalam.

*Pengerjaan artikel berita ini melibatkan peran kecerdasan buatan (artificial intelligence) dengan kontrol penuh tim redaksi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Whisnu M)