Ilustrasi - Hujan mengguyur di wilayah Kota Kupang, NTT. ANTARA/Yoseph Boli Bataona/am.
Lukman Diah Sari • 8 December 2025 14:04
Kupang: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem dan dampak bencana hidrometeorologi periode 8 Desember hingga 14 Desember 2025.
"Waspada potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat pada periode tersebut di seluruh wilayah kabupaten dan kota di NTT,” kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II El Tari Kupang Sti Nenot’ek di Kupang, Senin, 8 Desember 2025, melansir Antara.
Ia menjelaskan potensi cuaca ekstrem itu dipicu oleh sirkulasi siklonik di Laut Banda yang membentuk daerah belokan angin, pertumbuhan angin, dan perlambatan kecepatan angin di wilayah NTT, serta aktifnya Gelombang Kelvin turut memperkuat terjadinya hujan lebat.
“Sirkulasi siklonik tersebut diprediksi berpotensi berkembang menjadi Bibit Siklon Tropis pada Selasa 9 Desember 2025 dan bergerak ke arah barat menuju barat daya.” jelas dia.
Ilustrasi hujan. Foto: Media Indonesia (MI)/Ramdani.
Sti menambahkan khusus masyarakat di wilayah bertopografi curam/bergunung/tebing patut perlu mewaspadai potensi tanah longsor dan banjir bandang, apabila terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat dalam durasi yang panjang.
“Waspada potensi banjir lahar hujan di sekitar Gunung Berapi Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur,” kata Sti.
BMKG telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem yang berlaku mulai hari ini, 8 Desember hingga Minggu, 14 Desember 2025. Masyarakat diminta untuk tetap waspada dan tidak panik.
Ia juga mengimbau para kepala daerah agar dapat berkoordinasi dengan BPBD dan TNI/Polri setempat untuk terus mengikuti informasi yang disampaikan oleh Stasiun Meteorologi Kelas II El Tari Kupang
“Mengingat cuaca bersifat dinamis, masyarakat diharapkan untuk terus memantau informasi terkini dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG,” kata Sti Nenot’ek.